Dilansir dari blog.netray.id: Pada 26 November lalu, tenda pengungsian gempa Cianjur mendadak viral di sosial media seperti Instagram, Twitter, dan Tiktok. Pasalnya, beredar video yang memperlihatkan seorang pria sedang melepas label yang menempel di atas tenda bertuliskan ‘Tim Amal Kasih Gereja Reformasi Indonesia’ seperti yang tampak dalam akun instagram @tsetiotomo. Pencopotan label gereja itu tidak hanya terjadi di satu tempat, namun empat tempat pengungsian yakni di Desa Cibulakan, Desa Genjot, Desa Telaga, dan Desa Sarampad, Cianjur.
Kejadian ini pun mendapat perhatian dari Tarek Fatah, Kolumnis The Toronto Sun, jurnalis berdarah pakistan Kanada ini. Tampak mengutip video akun @Sundakiwari sambil menjelaskan bahwa sekelompok warga mencopot label gereja yang tertempel di tenda karena menganggap haram bantuan dari agama lain.
Dari penelusuran Polres Cianjur, pencopotan tersebut bukan dilakukan oleh warga posko pengungsian, namun anggota Organisasi Masyarakat (ormas) Gerakan Reformis Islam (Garis). Anggota ormas tersebut bahkan telah diperiksa dan diberi teguran oleh Polres Cianjur. Dengan menggunakan kata kunci label gereja, lebel gereja, dan cianjur && label gereja selama periode 26-29 November 2022, Netray menemukan sebanyak kurang lebih 982 akun membicarakan topik ini dalam 1.700 twit.
Perbincangan topik pencopotan label gereja didominasi oleh sentimen negatif dengan total 1.025 twit. Puncak perbincangan topik terjadi pada 27 November, ketika banyak warganet dan tokoh-tokoh mulai bereaksi terhadap isu tersebut.
Pada awal pemantauan ketika video pencopotan label gereja viral, ada sejumlah warganet yang sempat salah paham mengira korban gempa Cianjurlah yang merobek label gereja itu. Akun @pujinastiti dan @suatu_waktu merasa kesal terhadap warga Cianjur yang dinilai sombong karena tidak menghargai pemberian bantuan.
Selain itu, muncul pernyataan dari Kapolres Cianjur, Doni Hermawan yang juga sempat trending topic pada 28 November 2022. Menurutnya, tindakan yang dilakukan anggota ormas bukan aksi intoleran. Hal itu dilakukan agar bantuan yang diberikan tidak menonjolkan kelompok tertentu.
Akibatnya, pernyataan itu menuai respons negatif atas dasar ketidaksetujuan warganet. Seperti yang tertera pada twit populer @Miduk17, ia beropini bahwa pernyataan Kapolres merupakan preseden buruk bagi kaum minoritas di lokasi bencana. Hal serupa dicuitkan oleh @DahonoB yang menilai ucapan Kapolres tersebut sebagai bentuk pembiaran terhadap aksi politik identitas agama.
Tak hanya Kapolres, Bupati Cianjur Herman Suherman juga turut memberi responnya terhadap peristiwa ini. Ia mengatakan bahwa bantuan semestinya tulus dilakukan tanpa perlu mencantumkan label. Hal ini menuai pro dan kontra bagi warganet Twitter.
Di sisi lain orang nomor 1 di Jawa Barat, Ridwan Kamil justru terang-terangan geram dan menyesalkan aksi pencopotan label itu. Di Twitter, Ridwan Kamil memperoleh banyak pemberitaan dari akun berita seperti @CNNIndonesia, @OposisiCerdas, dan @PRFMnews.
Sejalan dengan Ridwan Kamil, Said Aqil juga turut menyayangkan aksi tersebut. Ia menganggap bahwa anggota ormas belum bersikap dewasa karena belum bisa membedakan aktivitas kemanusiaan dan aktivis sosial dengan kristenisasi. Seperti yang tampak pada akun @nu_online, @wahananewsdotco, dan @nuonlinejatim.
Selain tokoh publik tersebut, ada pula warganet yang mengolok keimanan oknum pencopot label gereja yang dianggap lemah.
Seolah menanggapi keramaian yang ada, akun @an_ti_ka_drun menghimbau saudara kristen dan gereja untuk tetap membantu korban bencana, tanpa pasang label gereja. Ia juga menjelaskan bahwa label gereja digunakan untuk mempertanggungjawabkan semua kegiatan kepada donatur dan memudahkan koordinasi pengiriman bantuan. Twit ini sekaligus menjadi twit bersentimen positif terpopuler sepanjang periode pemantauan.
Menjelang akhir pemantauan, muncul Ormas Garis melakukan klarifikasi yang menyatakan bahwa aksi pencopotan yang beredar bukan merupakan agenda ormas. Ia juga mengaku akan membantu menyalurkan bantuan dari siapa pun atas dasar kemanusiaan. Namun, sejumlah warganet tetap menyangsikan hal tersebut.
Pantauan Pemberitaan Media Daring
Netray juga memantau isu pencopotan label Gereja di tenda pengungsian Gempa Cianjur melalui pemberitaan media online. Dengan kata kunci dan periode pemantauan yang sama ditemukan 97 berita dari 31 portal media yang membahas isu ini.
Sentimen negatif mendominasi pemberitaan. Berita terbanyak mengenai isu ini terjadi pada tanggal 27 November. Pada tanggal ini berita banyak menampilkan soal respon Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil terhadap peristiwa yang dilakukan anggota ormas ini. Seperti yang tampak pada TV One News dan suara.com. Selain itu berita soal Kapolda Jawa Barat akan menyelidiki peristiwa ini cukup mewarnai pemberitaan tanggal itu, seperti yang tertulis pada portal Viva dan JPNN.
Detik, Jpnn, dan CNN Indonesia menjadi media yang paling banyak memberitakan isu ini. Detik melaporkan isu ini mulai dari awal hingga akhir. Tokoh publik yang banyak muncul antara lain Ridwan Kamil dan Said Aqil yang mengomentari aksi pencopotan ini. Sedangkan dari JPNN lebih banyak menyoroti komentar dari MUI Jabar terhadap isu ini.
CNN Indonesia tampak agak berbeda. Selain menampilkan kronologi kejadian, portal berita ini juga mengupas identitas Ormas Garis yang ternyata sudah ada sejak tahun 1998. Mengutip penelitian Reza Rachmat Ramadhan, Ormas ini dikaitkan dengan ISIS karena beberapa anggotanya mendukung tegaknya Khilafah Islamiyah di Indonesia dan mendukung ISIS. Selain itu CNN juga membahas respon Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Ia berpendapat aksi ini tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun. Tindakan sepihak yang mencederai semangat gotong royong dan solidaritas kemanusiaan.
Suara.com meski tak banyak menerbitkan berita soal isu pencopotan label gereja, portal ini berusaha memberikan pencerahan kepada pembaca. Dengan menampilkan berita soal bagaimana hukum menerima donasi dari agama lain menurut Islam.
Ramainya respons terhadap aksi pencopotan label gereja di Cianjur menjadi gambaran bahwa isu agama masih jadi bahasan sensitif bagi publik. Banyak warganet yang menyayangkan aksi tersebut dengan alasan kemanusian. Namun ada pula sedikit warganet yang menganggap hal tersebut wajar saja dan semestinya menjadi evaluasi agar lebih bijak menyampaikan donasi tanpa harus menonjolkan identitas pemberi donasi .
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Winda Trilatifah