Djawanews.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ibu Iriana memakai kereta bertolak dari Polandia menuju Kyiv, Ukraina. Perjalanan ini dikawal oleh Paspampres dan otoritas keamanan setempat.
Menurut pengamat militer dan intelijen Ridlwan Habib, Iriana adalah ibu negara pertama dari Indonesia yang ikut ke medan perang.
Dia menilai keberanian Ibu Iriana ini bahkan melebihi Ibu Tien Soeharto yang pada saat kunjungan Soeharto ke Bosnia 1995 tidak diikutsertakan.
"Misi benar, berani, berhasil," kata Direktur Lembaga Strategi Inteligensia Indonesia itu di Jakarta, Rabu 29 Juni.
Ridlwan menilai ada tiga makna atau alasan Ibu Negara Iriana Joko Widodo ikut dalam kunjungan bersejarah ke Ukraina.
"Pertama, ini merupakan simbol diplomasi damai atau soft diplomacy dari Pak Jokowi. Untuk menunjukkan bahwa Indonesia beriktikad baik dengan simbol mengajak istri atau ibu negara," imbuhnya disitat Antara.
Menurut Ridlwan Habib, sisi keibuan atau sisi kewanitaan Ibu Negara identik dengan makna damai, lembut, dan antikekerasan.
"Maknanya dalam karena menonjolkan sisi diplomasi lembut seorang Ibu," ucapnya.
Apalagi, lanjut dia, Indonesia juga membawa bantuan kemanusiaan atau humanitarian aid yang dibawa serta dalam rangkaian kereta api.
Makna yang kedua, Presiden Jokowi menunjukkan kepada dunia internasional bahwa dukungan nyata harus diwujudkan dalam bentuk keberanian bertindak.
"Presiden Jokowi sangat berani karena mengajak Ibu Iriana memasuki suatu negara yang dilanda perang. Risikonya sangat tinggi, tapi tetap mantap masuk," tutur pengamat militer dan intelijen UI itu.
Makna ketiga, kata dia, Ibu Iriana adalah sumber kekuatan dan kemantapan hati seorang Presiden dalam melangkah. Dalam terminologi Jawa, menurut dia istri disebut "garwa", sigaraning nyawa, separuh nyawa. "Maka wajib diajak sebagai sumber kekuatan," tandasnya.