Dilansir dari blog.netray.id: Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) tengah menjadi perhatian publik. Hal ini lantaran unggahan poster berisikan kritik yang dilayangkan BEM UI dinilai tidak memiliki ‘sopan santun’. Pasalnya, organisasi taktis tersebut telah memberikan cap ‘The King of Lips Service‘ atau ‘Raja Pembual’ kepada Presiden Joko Widodo.
Poster kontroversial tersebut diunggah BEM UI di akun Twitter @BEMUI_Official pada 26 Juni 2021. Sontak hal ini pun membuat geger warganet. Unggahan yang dilayangkan organisasi ini merupakan bentuk kritik terhadap pemerintah terutama Presiden yang dinilai hanya mengumbar janji dan tidak menunaikannya. Dalam keterangannya, akun tersebut menuliskan bahwa Presiden Jokowi hanya sering mengumbar janji manis namun pada kenyataanya hal tersebut sering kali tak selaras, seperti rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya.
Fenomena ini kian menjadi sorotan publik ketika rektorat UI melayangkan surat pemanggilan terhadap organisasi tersebut. Lantas kejadian ini pun menjadi isu hangat di tengah publik terkait adanya pembungkaman terhadap pengkritik pemerintah. Upaya pembungkaman ini pun justru dinilai sebagai pembrongsongan kebebasan pendapat.
Lantas bagaimana respons warganet menanggapi kasus ini? Dari sudut pandang mana media berita menyoroti hal ini? Untuk menemukan jawabannya, berikut hasil pantauan Media Monitoring Netray.
Statistik Kanal Twitter
Platform pertama yang menjadi sorotan Netray ialah Twitter yang menjadi wadah BEM UI mengunggah poster tersebut. Dalam pemantauan yang dilakukan pada periode 26-30 Juni 2021, Netray menemukan sebanyak 98.670 tweets yang mengandung 3 kata kunci yang telah dibubuhkan. Sebanyak 46 ribu tweets atau hampir 50% tweets terindikasi sebagai tweets bersentimen negatif. Apa yang tengah menjadi perbincangan warganet?
Dari gambar Top Words terlihat beberapa kosakata yang mendominasi perbincangan warganet terhadap topik ini. Selain kosakata terkait kata kunci pemantauan, terdapat kosakata lain yang menjadi sorotan warganet seperti rektor, rektorat, leon, kebebasan, demokrasi, menolak, bahkan berpendapat. Dari kosakata tersebut dapat sedikit kita simpulkan bahwa garis perbincangan warganet ialah komentar terkait kritik yang dilayangkan BEM UI hingga opini tentang kebebasan pendapat. Benarkah demikian?
Warganet Pro UI
Surat panggilan yang dilayangkan rektorat kepada BEM UI kian menjadi geger jagat maya. Beberapa aliansi hingga praktisi sontak memberikan dukungan moril terhadap organisasi ini. Bahkan akun @FPolitik menyatakan bahwa BEM se-Indonesia telah siap melawan pembungakaman berpendapat seperti yang dialami oleh BEM UI yang juga dinilainya dapat menyebabkan kebodohan.
Selain itu warganet juga ikut mengkritisi kejadian pemanggilan yang dilakukan oleh rektorat UI. Menurut YLBHI, fenomena ini mengindikasikan adanya pemberangusan kebebasan berpendapat. Larangan berpendapat tersebut nyatanya tak hanyak hanya datang dari pemerintahan, namun juga dari lapisan universitas. Akun @MCAOps men-tweet-kan ulang komentar seorang pengamat politik yang mengatakan bahwa upaya pemanggilan yang dilakukan oleh rektorat UI tersebut menandakan adanya intervensi kebebasan berpikir dan berekspresi mahasiswa, terutama terhadap isu yang terjadi di pemerintahan.
Dosen UI Serang BEM UI
Kejadian ini semakin ramai setelah adanya tweet yang berasal dari Ade Ermando yang tak lain ialah dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Dalam tweet-nya, Ade berbalik mengkritik hingga melontarkan pertanyaan sarkas terkait kredibilitas mahasiswanya tersebut. Serangan ‘orang dalam’ ini pun semakin membuat kisruh warganet yang mayoritas sudah geram terhadap kejadian ini. Bahkan tweets yang diunggah oleh dosen komunikasi tersebut mencuri perhatian warganet hingga mendapat ribuan komentar.
Bahkan Leon Alvinda, Ketua BEM UI mengomentari hal tersebut dan mengatakan bahwa kritikan seorang dosen haruslah ilmiah dan bukan serangan secara pribadi. Aksi serang-serangan komentar tersebut pun kian membuat warganet merasa tergelitik untuk ikut serta memberikan pendapatnya. Beberapa akun mengkritisi integritas Ade Ermando sebagai pendidik. Bahkan sindiran sarkas pun juga dilayangkan warganet yang menilai Ade sebagai dosen yang bergaji kecil sehingga ia juga dicap sebagai buzzeRP.
Namun serangan atas kejadian ini tak hanya datang dari dosen, beberapa warganet juga melayangkan hujatan yang menilai kritikan tersebut sebagai sebuah kebodohan yang dilakukan oleh mahasiswa. Warganet menilai aksi yang dilakukan oleh BEM UI sebagai tindak provokasi terhadap rakyat. Selain itu, warganet juga berpendapat bahwa tindakan ini merupakan hasil tunggangan salah satu parpol.