Djawanews.com – Sejumlah kasus modus penipuan kode referral telah banyak terungkap di Indonesia. Anda sebaiknya harus hati-hati, salah-salah bisa anda menjadi korban penipuan nantinya.
“Lanskap teknologi yang sangat berubah dalam beberapa tahun terakhir telah mengalihkan perhatian penipu online dari situs web ke aplikasi seluler,” kata co-founder SHIELD, Justin Lie pada Minggu, 28 November.
Di dunia seluler, perjalanan pengguna biasanya dimulai dengan masuk ke aplikasi dan diakhiri dengan menyelesaikan satu atau beberapa tindakan, seperti melakukan pembayaran, memesan perjalanan, menukarkan poin loyalitas, atau mengakses kartu loyalitas.
Secara tradisional, serangan penipuan yang dulu lebih sering terjadi di tahap pembayaran, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran yang luar biasa ke arah serangan penipuan di berbagai tahap perjalanan pengguna.
Penipuan Kode Referral Paling Populer di Indonesia
Setiap negara, wilayah, kota, industri, dan perusahaan akan mengalami penipuan dengan cara yang berbeda-beda. Promosi dan penyalahgunaan berupa penipuan kode referral menjadi salah satu modus yang paling populer saat ini di perusahaan Indonesia dari segala industri
Biasanya, kode referral digunakan untuk mempertahankan pengguna lama ataupun menarik pengguna baru aplikasi tertentu sebagai sarana pemberian intensif.
Salah satu contoh skema penipuan kode referral yakni pengguna yang tengah membeli baju di salah satu aplikasi e-commerce. Setelah membeli baju kesukaannya, si pengguna akan mencari apakah ada promo yang bisa mereka gunakan, kemudian memasukkan promo itu untuk mendapatkan harga yang lebih murah.
Promo tersebut kemudian dikemas salah satunya dalam bentuk kode referral. Kode ini bisa didapatkan ketika seseorang mengundang orang lain untuk berbelanja di aplikasi e-commerce tersebut.
Menurut Justin, intensif berupa kode promo atau skema referral sangat populer di kalangan penipu karena mudah dimanfaatkan.
“Siapa saja dapat membuat akun palsu dengan menggunakan email baru dan merujuk diri mereka sendiri ataupun menyalahgunakan promosi yang ada,” tutur Justin.
Tak hanya itu, Justin menyampaikan bisnis aplikasi seluler harus menyesuaikan diri menghadapi kemungkinan ini.
“Penipu sekarang ini akan menyerang semua produk dan fitur penting (aplikasi) yang membuat tim anti penipuan, risiko, dan keamanan harus melihat ke dalam ekosistem seluler mereka dan menentukan di mana letak kerentanannya,” tambah Justin.
Untuk mencegah jenis serangan seperti ini, solusi pencegahan penipuan yang salah satunya shield tawarkan dapat mengidentifikasi perangkat mana yang telah digunakan untuk membuat akun lebih banyak dari biasanya, yang mana hal ini dapat menjadi indikasi sebagai perilaku penipuan.
Sebagaimana diketahui, akibat kenaikan pengguna aplikasi di Indonesia yang cukup tinggi, pun juga banyaknya uang yang dikeluarkan masyarakat Indonesia untuk melakukan jual-beli di dalam aplikasi, penipuan online menjadi semakin merajalela.
Dilansir dari laman resmi Cekrekening.id, mereka mengumumkan kasus penipuan kode referral online dari e-commerce dan jualan online di media sosial dilaporkan hingga September 2021 mencapai 115.756 kasus. Walaupun demikian, angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan 2020 yang mencapai 160 ribu lebih kasus.
Untuk mendapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.