Djawanews.com – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia masih terus meningkat di tengah pandemi virus corona atau Covid-19. Oleh karenanya, pengetahuan mengenai DBD sangat diperlukan masyarakat untuk menghindari penyebaran penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti ini.
Berdasarkan data dari Kemenkes, sejak Januari hingga 17 Juni 2020, ada 64.251 kasus DBD di seluruh wilayah Indonesia dan 385 di antara meninggal dunia.
Ahli infeksi dan pedriati tropik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA (K) mengatakan, penyakit DBD bisa menjangkit siapa saja. Akan tetapi sebagian besar kasus DBD di Indonesia mengarah pada remaja.
“Remaja banyak sekali yang datang dengan fase kritis,” ujar Mulya dalam siarang langsung di Graha BNPB, Senin (22/6/2020).
Di kesempatan yang sama, dr. Mulya menjelaskan bahwa nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri yang khas, yakni kakinya bewarna hitam dan putih layaknya seekor zebra.
Selain itu, dia juga mengungkapkan kecenderungan nyamuk tersebut menggigit. Menurutnya, Aedes aegypti biasanya menggigit pada pagi dan sore hari.
“Dia senang gigitnya pada pagi hari antara jam 10-12 di masa anak-anak masih sekolah. Rata-rata kenanya di situ. Selain itu sebelum magrib antara jam 4-5 sore.
Dokter Mulya menyebut, DBD merupakan penyakit yang bisa disembuhkan. Kendati demikian, dia mengingatkan mengenai pentingnya pencegahan yang dilakukan di lingkungan rumah.
“Pencegahan bisa dilakukan masyarakat dengan 3 M (menutup, menguras, dan mendaur ulang), yang penting membersihkan sarang nyamuk. Area lembap dan genangan air umumnya menjadi wadah yang empuk bagi nyamuk untuk berkembang biak,” kata Mulya.