Setelah dihebohkan dengan virus demam babi Afrika, China kembali mewaspadai adanya virus corona (coronavirus) dan persebarannya. Virus jenis baru yang terdeteksi di China pada bulan Desember 2019 ini dilaporkan telah menelan dua korban jiwa. Hingga saat ini, ada 60 kasus yang menyatakan adanya manusia yang terinfeksi virus ini. Meski begitu, para peneliti menduga angka aslinya bisa lebih besar dari angka resminya.
Virus Corona Menyebar dari Hewan ke Manusia
MRC Centre for Global Infectious Disease Analysis, badan penasehat untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat melakukan penelitian terhadap virus ini. Berdasarkan penelitian mereka, virus ini diperkirakan telah menyebar dan menimbulkan sekitar 1.700 kasus.
Hal ini diketahui dengan memperhitungkan kondisi wabah di China dan penemuan dua kasus baru di Thailand serta Jepang. Hasil penelitian kemudian menimbulkan kekhawatiran.
“Saat ini saya benar-benar lebih khawatir daripada seminggu lalu,” kata Profesor Neil Ferguson, salah satu peneliti seperti dikutip oleh Djawanews dari BBC, Minggu (19/1/2020).
Otoritas kesehatan China sendiri menyebut bahwa virus ini tidak menyebar antarmanusia, melainkan dari hewan ke manusia. Virus ini juga disebut berasal dari pasar hewan di daerah Wuhan.
Menanggapi adanya virus corona, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada. Meski belum ada bukti adanya penularan ke manusia, setiap pasien yang dicurigai membawa virus tersebut harus segera diisolasi dan mendapatkan penanganan khusus.
“Khawatirmya kalau tidak diisolasi akan menular. Jadi lebih baik pencegahannya didahulukan. Tapi sampai saat ini belum ada bukti yang mengindikasikan bahwa terjadi penularan antar-manusia,” kata dr Erlina Burhan, Msc, SpP(K).
Meski dinyatakan telah menginveksi ribuan orang, beberapa pakar masih belum menganggap virus corona sama mematikannya dengan SARS. Saat ini penyelidikan masih terus dilakukan.