Djawanews.com – Banyak orang yang sedang diet atau menjalani program penurunan berat badan sering mengeluhkan masalah sistem saluran pencernaan, terutama sembelit atau susah buang air besar (BAB). Ternyata, hal ini bukan tanpa alasan. Pola makan yang berubah selama diet bisa memengaruhi kerja sistem pencernaan. Yuk, simak penjelasannya!
Diketahui, sembelit adalah kondisi di mana frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu. Tinja menjadi kering dan keras, sehingga sulit dikeluarkan. Selain bikin perut kembung, sembelit yang dibiarkan bisa menyebabkan masalah serius seperti wasir atau bahkan impaksi tinja.
Berikut beberapa alasan mengapa diet bisa menyebabkan sembelit:
- Kurang konsumsi serat
Ketika seseorang mengurangi konsumsi karbohidrat atau mengganti sumber makanan selama diet, sering kali asupan serat ikut menurun. Padahal, serat punya peran penting dalam menjaga kesehatan sistem saluran pencernaan.
Serat terdiri dari dua jenis, yakni serat larut dan tidak larut. Keduanya dapat melancarkan buang air besar dengan cara yang berbeda.
Serat larut mampu menyerap air dan membentuk zat seperti gel agar konsentrasi feses menjadi lebih lembe sehingga dapat melewati usus dengan lancar.
Sedangkan serat tidak larut berfungsi memadatkan dan mendorong tinja agar tidak bergerak. Jika asupan serat berkurang, seseorang akan lebih berpotensi mengalami sembelit.
- Adaptasi ketika asupan karbohidrat berkurang
Banyak orang yang mengurangi asupan karbohidrat selama diet. Padahal, karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh. Jika asupan karbohidrat berkurang, tubuh akan mengambil energi dengan membakar cadangan lemak di tubuh.
Nah, diet yang memangkas karbohidrat secara ekstrem bisa membuat tubuh kaget. Sistem pencernaan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri yang berakibat susah buang air besar.
- Kelebihan asupan lemak
Pada umumnya, diet dilakukan dengan mengurangi asupan lemak. Akan tetapi, pada diet keto, pola makan yang disarankan adalah mengonsumsi makanan rendah karbohidrat dan tinggi lemak.
Makanan berlemak tinggi, seperti gorengan dan daging berlemak, dapat memperlambat proses pencernaan yang membuat makanan tersebut berada di dalam saluran cerna dalam kurun waktu lama. Kondisi ini bisa menyebabkan sembelit saat diet.
- Kekurangan cairan
Kekurangan cairan saat diet bisa membuat feses menjadi lebih keras dan sulit dikeluarkan. Saat menjalani diet, terutama yang rendah karbohidrat atau tinggi protein, kebutuhan cairan tubuh meningkat. Jika asupan air tidak mencukupi, maka risiko sembelit semakin besar.
- Kurang olahraga
Ketika menjalani program diet, banyak orang yang lebih memerhatikan asupan makanan ketimbang rutin berolahraga. Padahal, olahraga bisa merangsang pergerakan usus sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya sembelit saat diet.
Olahraga dapat menurunkan durasi yang dibutuhkan makanan untuk bergerak melewati usus besar. Hal ini membuat jumlah air yang diserap usus dari feses berkurang sehingga konsentrasi feses menjadi lebih lunak.
Selain itu, olahraga juga dapat merangsang pergerakan usus. Jika saat diet Anda lebih banyak duduk dan kurang bergerak, proses pencernaan menjadi lebih lambat, yang akhirnya menyebabkan sembelit.