Djawanews.com – Epidemi merupakan penyakit menular yang menyebar dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban jiwa. Salah satu contoh penyakit epidemi yang banyak menewaskan umat manusia adalah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Mengenal SARS sebagai Penyakit Epidemi
SARS pertama kali mewabah pada November 2002 di Provinsi Guandong, China Selatan. Hanya dalam hitungan bulan, SARS telah menyebar ke 37 negara di Amerika Utara, Amerika Selatan, Amerika Serikat, Eropa, dan Asia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan SARS sebagai penyakit epidemi sejak menyebar ke sejumlah negara di dunia pada Juli 2003.
Secara umum, pasien yang dinyatakan positif terjangkit SARS merasakan gejala seperti demam tinggi di atas 38 derajat Celcius, nyeri di bagian kepala, gangguan di saluran pernapasan dan sakit di sekujur tubuh.
Selain itu, 10 hingga 20 persen penderita SARS juga mengalami diare. Dan dalam waktu dua minggu setelah dinyatakan positif, pasien SARS akan mengalami batuk kering dan pneumonia.
Sumber dari virus SARS diduga berasal dari kotoran kelelawar yang terkena manusia. Virus ini menular melalui droplet, yakni cairan yang keluar saat seseorang yang terinfeksi mengalamii batuk atau bersin dan menginfeksi orang lain yang berada didekatnya.
Virus SARS juga dapat bertahan pada benda sehingga orang yang menyentuhnya berpotensi tertular virus tersebut.
Berdasarkan laporan WHO, jumlah kasus SARS di seluruh dunia mencapai 8.437 orang, dengan korban tewas sebanyak 813 jiwa.
Dalam kurun waktu delapan bulan sejak kasus pertama kali dilaporkan di China, sebanyak 8.096 orang dinyatakan positif terinfeksi SARS.
Meski demikian, angka kematian akibat SARS tergolong cukup rendah, yakni 9,63 persen, dengan korban terbanyak di China dan Hong Kong.
SARS merupakan penyakit yang mematikan bagi lansia berumur di atas 70 tahun. Sedangkan pasien yang meninggal di usia 60-an tahun masuk dalam kategori kedua terbesar akibat SARS.
Center for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat menyebutkan, sejak 2004, tidak ada lagi laporan mengenai infeksi SARS. Dengan demikian, wabah yang dinyatakan epidemi oleh WHO tersebut dinyatakan berakhir.