Djawanews.com – Hujan yang turun dengan intens seperti saat ini seringkali memicu peningkatan kasus demam berdarah atau DBD. Demam, sakit kepala, nyeri tubuh, dan kelelahan menjadi gejala penyakit ini. Namun gejala tersebut juga sering kali dialami oleh orang-orang yang terjangkit Covid-19, flu, dan pilek.
Perbedaan Gejala Covid-19, Demam Berdarah, Flu, dan Pilek
Beberapa tanda, salah satunya perubahan gejala, dapat memberi beberapa petunjuk. Meski begitu para ahli kesehatan memperingatkan bahwa hanya tes darah yang dapat menegakkan diagnosis.
Semua penyakit ini memiliki kesamaan, yaitu disebabkan oleh virus. Namun, virus yang menjadi pemicu berbeda-beda.
Covid-19 disebabkan SARS-CoV-2, dari termasuk dalam klaster virus corona. Sementara itu, flu dipicu virus yang tergolong keluarga influenza.
Lain lagi dengan pilek yang disebabkan rhinovirus, adenovirus dan parainfluenza. Adapun demam berdarah muncul akibat flavivirus.
Kasus Covid-19, flu dan pilek memiliki satu kesamaan, yaitu penularan yang terjadi melalui percikan cairan (droplet) pernapasan dari orang yang lebih dulu terinfeksi.
Ketiganya berbeda dengan demam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Para pakar menekankan bahwa dalam kasus gejala pernapasan, tenaga medis harus selalu mendiagnosis perbandingan antara Covid-19 dan flu yang disebabkan virus influenza A H3N2.
Pemeriksaan tersebut hanya dapat dilakukan secara aman melalui tes laboratorium yang spesifik.
Demam berdarah biasanya berlangsung selama empat sampai sepuluh hari. Walau begitu, dampaknya bisa bertahan hingga beberapa pekan.
Dampak penyakit ini terhadap seseorang bisa ringan atau berat (dengan atau tanpa tanda-tanda peringatan). Diagnosis dapat dibuat dengan pemeriksaan klinis dan dikonfirmasi melalui tes darah.
Infeksi virus corona SARS-CoV-2 dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, tergantung pada varian yang memicu infeksi. Covid-19 adalah nama penyakit yang disebabkan oleh virus ini.
Covid-19 dapat muncul dalam tiga bentuk: ringan, sedang, atau berat. Diagnosis dapat dibuat dengan pemeriksaan klinis dan tes laboratorium pada sampel yang diambil, terutama dari hidung.
Gejala yang paling umum pada awal pandemi pada tahun 2020 adalah batuk kering, demam, kelelahan, serta kehilangan indra penciuman dan perasa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencantumkan gejala yang tidak umum dirasakan seperti sakit kepala, sakit tenggorokan, diare, mata merah, gatal, dan ruam.
Sementara itu gejala parah ditandai dengan kesulitan bernapas, kehilangan mobilitas atau bicara, nyeri di dada dan disorientasi yang menyebabkan sulitnya berpikir atau mengingat sesuatu.
Sejauh ini sudah muncul lima variant of concern atau varian yang menyebabkan peningkatan penularan, yaitu Alfa, Beta, Gamma, Delta, dan Omicron.
Flu dapat memicu gejala yang sangat mirip dengan Covid-19, tapi masa inkubasinya biasanya lebih pendek.
Dengan kata lain, gejalanya muncul dengan cepat (seringkali dalam semalam) dan memburuknya kondisi pengidapnya dapat terjadi secara tiba-tiba.
Dalam kasus Covid-19, masa inkubasi berlangsung lebih lama. Organisme dapat memakan waktu hingga lima hari untuk menunjukkan gejala.
Inilah yang menjelaskan apa yang disebut "negatif palsu", yaitu orang yang terinfeksi virus corona, tapi dinyatakan negatif setelah melakukan tes. Selain itu, meski tidak mengalami gejala, seseorang dengan Covid-19 dapat menginfeksi orang lain.
Gejala flu yang paling umum adalah batuk (biasanya kering), demam, sakit kepala, nyeri tubuh, malaise, dan kelelahan.
Flu juga dapat menyebabkan sakit tenggorokan, diare (terutama pada anak-anak), dan hidung meler atau tersumbat.
Kehilangan rasa dan penciuman bukanlah manifestasi umum pada kasus infeksi virus influenza, tidak seperti Covid-19.
Ingin tahu informasi mengenai kesehatan lainnya? Pantau terus Djawanews dan ikuti akun Instagram milik Djawanews.