Djawanews.com – Sebuah penelitian yang dilakukan Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan bahwa berkumur dengan Iodin povidon dan hidrogen peroksida pada rongga mulut dan tenggorokan belakang dapat menurunkan risiko penyebaran COVID-19.
"Berkumur pada rongga mulut dan tenggorokan belakang penting untuk menurunkan jumlah virus dan risiko penyebaran pada tahap-tahap awal infeksi. Pengaruh Berkumur Iodin Povidon dan Hidrogen Peroksida terhadap nilai CT RT-PCR SARS-COV-2,” ujar Anggota Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi UI Andrianto Soeprapto dalam konferensi pers hasil penelitian yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu, 15 Februari.
Lebih lanjut Andrianto mengatakan, berkumur menggunakan larutan Iodin povidon dan hidrogen peroksida itu dapat mengganggu membran lipid virus. Larutan dengan komposisi tersebut biasa ditemui pada obat kumur komersial yang mudah ditemukan di Indonesia.
Dia menjelaskan ada permukaan saluran pernapasan manusia terdapat sel epitel yang berperan untuk pembersihan saluran pernapasan dari partikel asing, seperti bakteri atau virus. Infeksi virus COVID-19 menyebabkan kerusakan sel epitel yang mengakibatkan mekanisme pembersihan tersebut menjadi terganggu.
Situasi itu dapat memperburuk kondisi pasien dengan cepat dan berkembang menjadi masalah serius.
“Diharapkan dengan berkumur dapat membilas virus-virus yang baru awal-awal menempel pada dinding dari saluran nafas. Jadi mencegah virus itu berkembang lebih jauh menginfeksi tubuh kita semakin dalam," tuturnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Gigi UI dengan RSUP Persahabatan itu, Andrianto mengemukakan, terjadi peningkatan nilai CT pada pasien yang terinfeksi dengan gejala ringan.
"Semakin nilai CT rendah maka semakin banyak jumlah virus yang ditemukan pada saat pemeriksaan PCR. Sedangkan semakin tinggi nilainya CT merepresentasikan semakin sedikit jumlah virus yang ditemukan," paparnya.
Harapannya, hasil penelitian ini bisa memberikan masukan dalam pembuatan pedoman dan protokol terutama pada tenaga medis yang berkutat atau melakukan tindakan di rongga mulut pada pasien yang terinfeksi COVID-19.
Selain itu, Andrianto juga berharap dapat menurunkan risiko penyebaran virus dari rongga mulut individu yang terinfeksi COVID-19 terhadap masyarakat sekitarnya serta dapat membantu mempercepat penyembuhan dan menurunkan keparahan penyakit.
"Dengan jumlah virus yang ada di saluran pernapasan kita buang, maka penyembuhan untuk pasien dapat menjadi lebih cepat dan tidak bertambah tingkat keparahan di kemudian harinya," katanya.
Karena itu, pihaknya menyarankan untuk berkumur sebanyak tiga kali sehari sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di masyarakat.