Djawanews.com – Penderita diabetes, terutama diabetes tipe 2, sangat penting untuk memeriksa kadar gula darah secara berkala. Karena menurut medis, ternyata gula darah yang sangat tinggi bisa menyebabkan halusinasi.
Berapa ukuran gula darah agar tidak mengalami halusinasi? Bagaimana cara mengatasinya? Dilansir WebMD, berikut fakta-fakta mengenai sindrom hiperglikemik hiperosmolar.
Sindrom hiperglikemik hyperosmolar dialami seseorang dengan diabetes yang tingkat glukosa dalam darah mencapai 600 mg/dL. Sindrom tersebut ditandai dengan melepaskan kelebihan gula darah lewat urin. Ini akan mengambil banyak cairan dalam tubuh sehingga penderita diabetes yang mengalaminya diikuti dengan rasa haus terus-menerus, merasa lelah, dan mual.
Halusinasi juga jadi salah satu sindrom ini, terjadi ketika seseorang sangat dehidrasi, elektrolit dalam tubuh rusak, sehingga memengaruhi jejaring antara sel-sel otak dan terjadilah halusinasi.
Hyperosmolar Hyperglikemic State, atau populer disebut dengan akronim ‘hhs diabetes’, sebenarnya tidak umum terjadi. Tetapi paling mungkin dialami oleh seseorang dengan diabetes tipe 2. Untuk menangani kondisi ini, pasien harus dibawa ke dokter. Sebab membutuhkan penanganan medis segera sebelum mengalami pingsan dan koma.
Tidak ada cara paling baik selain menjaga kadar gula dalam darah tetap terkendali. Maka jagalah pola hidup sehat, perawatan, dan selalu memantau tingkat glukosa dalam darah.
Yang paling penting untuk dipahami, halusinasi bisa terlihat sangat nyata. Seseorang yang mengalaminya mungkin bisa melihat, mendengar, bahkan merasakan hal-hal yang tidak ada. Untuk pertolongan pertama, berikan banyak minum hingga ditangai secara medis. Ini bisa mengurangi rasa haus dan membantu tubuhnya terhidrasi.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan Healthy Place, halusinasi dialami ketika glukosa sangat tinggi sedangkan psikosis ketika kadar gula darah sangat rendah.
Sebenarnya, efek yang dirasakan ketika mengalami halusinasi maupun psikosis tidak berbeda. Antara lain mengacu pada keadaan pikiran bingung mana fakta dan yang nyata. Psikosis sendiri terdiri dari pengalaman halusinasi, delusi, dan sulit berkonsentrasi.
Psikosis juga dibagi dua kategori, yaitu psikosis primer dan sekunder. Psikosis primer melibatkan gejala psikotik yang merupakan bagian dari gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia. Sedangkan yang dialami seseorang dengan diabetes termasuk psikosis sekunder yang berkembang karena kondisi medis.