Djawanews.com – Mekanisme pertahanan dengan menolak menerima kenyataan atau fakta sebenarnya secara ilmu psikologi dikenal dengan istilah denial syndrome.
Dilansir Psychology Today, denial adalah proses bawah sadar yang berfungsi untuk melindungi orang tersebut dari kecemasan.
Denial atau penyangkalan ataupun penolakan muncul dari konsep dari Sigmund Freud berangkat dari putrinya, Anna Freud, yang mengembangkan gagasan mekanisme pertahanan diri dari pikiran dan perasaan cemas. Anna percaya bahwa denial secara tak sadar melindungi ego dari kesusahan dengan menolak aspek realitas.
Bagaimana tanda-tanda seseorang dengan denial syndrome? Berikut penjelasan sebagai bahan refleksi supaya dapat lebih memahami akar emosi dan keterampilan koping yang lebih sehat.
- Enggan membicarakan masalah
Seseorang yang enggan membicarakan masalahnya, dilansir Northpoint Recovery, cenderung mengabaikan masalah tersebut. Mungkin seseorang dengan denial akan mencoba mengubah topik pembicaraan atau mencoba mengalihkan dengan humor. Tanda-tanda denial pertama ini bahkan terjadi dalam percakapan sederhana.
- Menunjuk perilaku orang lain untuk membuktikan tidak adanya masalah
Dalam kasus kecanduan, misalnya, taktik klasik ini dipakai untuk meyakinkan diri sendiri bahwa seseorang tidak kecanduan.
- Mengulangi argumen yang sama tanpa kemajuan
Alasan atau argument terhadap suatu masalah, jika diulang-ulang tanpa menunjukkan kemajuan menandai adanya suatu masalah. Masalah tersebut sebenarnya tidak akan berubah, kecuali menemukan titik balik dan mengubah cara menyikapi kenyataan yang terjadi.
- Merasionalisasikan perilaku
Rasionalisasi adalah salah satu teknik paling ampuh yang digunakan oleh individu untuk menyangkal kenyataan objektif. Misalnya, saya sangat stres sekarang jadi saya butuh pereda tekanan. Alasan tersebut membuat seseorang untuk ‘lari’ dari persoalan yang menunggu untuk diselesaikan.
- Menyalahkan orang lain atas masalah yang dialami
Tanda ini sejalan dengan rasionalisasi, yang dipikirkan jadi tidak tepat sasaran. Justru menyalahkan orang lain atas masalah yang dialami. Jika terus-menerus menyalahkan orang lain, kenyataan yang terjadi juga tidak akan berubah.
- Melakukan tindakan manipulatif
Tindakan manipulatif ini dipakai untuk ‘menipu’ perasaan Anda terhadap kenyataan yang terjadi. Padahal, tak apa merasa sedih atau tak masalah jika marah. Tindakan manipulatif ini justru membuat seseorang merasa teralienasi untuk menyangkal kenyataan yang terjadi.
- Tidak merasakan apa-apa
Alih-alih menerima perasaan sebagai respons alamiah dari pengalaman yang dilalui, seseorang yang denial akan mengabaikan dan menyerah. Menyangkal rasa sakit dengan mengabaikannya akan lebih buruk.