Djawanews.com – Gula nol kalori menjadi pilihan lebih sehat dibanding gula biasa. Namun, studi teranyar justru menemukan bahaya di balik konsumsi gula nol kalori.
Studi teranyar yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine pada Senin (27/2) menemukan bahwa konsumsi gula nol kalori bisa meningkatkan risiko pembekuan darah, stroke, dan serangan jantung.
"Tingkat risikonya tidak kecil," ujar penulis studi utama, Stanley Hazen dari Cleveland Clinic Lerner Research Institute, melansir CNN.
Salah satu penyebabnya adalah eritritol, pengganti gula yang biasa ditemukan dalam stevia atau gula nol kalori lainnya. Kadar eritritol dalam darah yang tinggi membuat orang dengan diabetes dua kali lebih mungkin mengalami serangan jantung atau stroke.
"Jika kadar eritritol dalam darah berada di atas 25 persen, ada risiko serangan jantung dan stroke dua kali lipat lebih tinggi daripada mereka dengan kadar eritritol di bawah 25 persen," jelas Hazen.
Eritritol, lanjut Hazen, tampaknya menyebabkan trombosit darah menggumpal lebih mudah. Gumpalan dapat pecah dan berjalan ke jantung hingga memicu serangan jantung atau berjalan ke otak hingga memicu stroke.
Eritritol sendiri adalah gula alkohol atau karbohidrat yang ditemukan secara alami pada buah dan sayuran. Para ahli menyebut eritritol memiliki nol kalori dan tidak meningkatkan kadar gula dalam darah.
Hubungan antara eritritol dan risiko kardiovaskular sendiri ditemukan secara tidak sengaja dalam penelitian.
Mulanya, penelitian tersebut dilakukan untuk menemukan senyawa dalam darah yang dapat memprediksi risiko masalah kardiovaskular. Peneliti menganalisis 1.157 sampel darah pada orang yang memiliki risiko kardiovaskular sepanjang tahun 2004-2011.
"Kemudian kami menemukan bahwa senyawa itu adalah eritritol, pemanis nol kalori," ujar Hazen.
Untuk mengkonfirmasi temuan tersebut, tim yang dipimpin Hazel menguji sampel darah lain dari 2.100 orang di Amerika Serikat dan 883 sampel tambahan dari Eropa hingga tahun 2018.
Sekitar 75 persen dari ketiga populasi tersebut memiliki masalah kardiovaskular. Sementara seperlima di antaranya mengidap diabetes. Lebih dari setengahnya merupakan laki-laki berusia 60-70 tahun.
Pada ketiga populasi tersebut, peneliti menemukan bahwa tingkat eritritol yang lebih tinggi terkait dengan risiko serangan jantung dan stroke dalam kurun waktu tiga tahun.