Djawanews.com – Kasus gangguan ginjal misterius mencuri perhatian masyarakat. Kasusnya yang muncul dengan tiba-tiba memicu keresahan. Sesuai namanya, penyakit ini menyerang organ ginjal pada anak. Tanda awalnya umumnya diperlihatkan dengan berkurangnya intensitas buang air kecil atau menurunnya produksi urine.
Fakta Gangguan Ginjal Misterius pada Anak Wajib Orang Tua Tahu:
- Serang 131 anak
Kasus gangguan ginjal akut ini ditemukan sepanjang tahun 2022. Sampai saat ini, sebanyak 131 kasus telah ditemukan. Angka tersebut didapat berdasarkan laporan dari 14 cabang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di provinsi.
"Di Agustus ada 35 kasus, [pada] September sebanyak 71 kasus, dan Oktober hingga tanggal 11 ini ada 9 kasus. Mudah-mudahan menurun dan hilang," kata Eka, dalam konferensi pers bersama IDAI, Selasa, 11 Oktober.
IDAI juga melaporkan bahwa tren kasus sempat memuncak pada September lalu. Namun, terpantau menurun mulai Oktober ini.
- Didominasi pasien balita
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati mengatakan bahwa rata-rata pasien balita (berusia di bawah lima tahun). Namun demikian, ada juga beberapa pasien di DKI Jakarta yang berusia 8 tahun. Di luar Jakarta juga tercatat beberapa pasien berusia belasan tahun.
- Gejala awal demam dan diare
Umumnya, pasien datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi kurang lebih seragam. Mereka mengalami demam, diare, dan muntah. Selain itu, pasien juga dilaporkan mengalami penurunan intensitas buang air kecil dalam sehari atau bahkan tidak sama sekali.
"Anak-anak ini tidak mengalami sakit perut. Anak-anak ini bukan mengalami sumbatan dalam aliran buang air kecil. Tapi memang ginjalnya tidak memproduksi air seni. Kami pasang kateter, tapi kering. Kami melihat USG, enggak ada urine, sumbatan," jelas Eka.
- Penyebabnya belum diketahui
Belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebabnya hingga saat ini. Investigasi yang dilakukan IDAI juga belum memberikan titik terang.
- Tak terkait konsumsi obat-obatan
IDAI juga menegaskan bahwa gangguan ginjal misterius ini bukan disebabkan oleh konsumsi obat tertentu. Sebagaimana diketahui, sebelum dikabarkan puluhan anak di Gambia, Afrika Barat, meninggal dunia akibat gagal ginjal setelah mengonsumsi obat batuk yang mengandung paracetamol.
"Kami tidak mendapatkan data atau kesimpulan bahwa ini berhubungan dengan obat tertentu sehingga kami tidak memberikan rekomendasi atau anjuran menghindari obat," ujar Eka.
- Sempat diduga efek samping COVID-19
Sebelumnya, ahli menduga ada hubungan antara gangguan ginjal misterius dengan COVID-19. Beberapa pasien dilaporkan memiliki antibodi COVID-19. "Kami berpikir apakah ini berhubungan ya [gangguan ginjal dengan COVID-19]. Kita masih belum bisa mengkonfirmasi hubungannya, tapi kita tetap berpikir ini ada sesuatu yang berkaitan," ujar dokter spesialis anak konsultan, Henny Adriani dalam siaran di kanal YouTube IDAI, beberapa waktu lalu.
Namun demikian, berdasarkan diskusi dan analisis kasus lebih lanjut, IDAI menemukan banyak juga pasien yang tak memiliki riwayat COVID-19 pada masalah gangguan ginjal. "Awalnya kami menduga ini saling terkait. Namun, ternyata berdasarkan diskusi dan analisis kasus, ternyata ada juga yang tidak pernah positif COVID-19," ujar Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.