Djawanews.com – Ibu harus waspada terhadap beberapa alergen saat mulai memperkenalkan makanan padat dan makanan baru pada bayi. Apalagi jika dalam keluarga ada riwayat alergi, seperti masalah eksim dan asma. Atau jika bayi memiliki reaksi buruk terhadap susu formula berbasis kedelai atau susu sapi.
Adapun beberapa makanan penyebab alergi pada bayi yang paling umum adalah sebagai berikut:
Susu
Ibu, susu sapi asli sebaiknya tidak diberikan pada anak hingga dia mencapai usia satu tahun. Sebab di rentang usia tersebut, anak masih membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang didapat dari ASI atau susu formula. Sedangkan, susu sapi tidak menyediakan manfaat nutrisi yang diperlukan bayi. Anda bisa menambahkan yogurt ke dalam pilihan makanan bayi begitu dia mulai diperkenalkan dengan makanan padat, dengan syarat anak harus diberi ASI atau susu formula sebelumnya.
Telur
Telur orak-arik jadi makanan menarik bagi bayi yang belajar makan sendiri. Telur dadar yang dipotong-potong atau telur rebus yang dipotong tipis-tipis juga bisa menjadi pilihan finger food bagi anak. Tapi, dalam beberapa kasus, alergi telur dapat menyebabkan anafilaksis. Tiga protein yang menyebabkan alergi telur yaitu ovomucoid, ovalbumin, dan conalbumin.
Ikan dan kerang
Alergi ikan pada bayi seringkali menyebabkan reaksi parah, termasuk anafilaksis. Orang dewasa lebih cenderung memiliki reaksi alergi ini daripada anak-anak. Memilih ikan yang lebih rendah merkuri dan lebih tinggi lemak omega 3 DHA adalah ide yang bagus, seperti salmon atau sarden. Pastikan untuk membuang semua tulang dari ikan yang dimasak dengan matang sebelum diberikan kepada bayi.
Kacang tanah dan selai kacang
Alergi kacang tanah sangat umum pada bayi dan dapat menyebabkan reaksi alergi parah dan berpotensi fatal. Bayi yang lahir dari keluarga dengan riwayat alergi kacang, paling berisiko mengembangkan alergi yang sama.
Jika Anda ingin mengetes apakah anak memiliki alergi kacang atau tidak, Anda bisa mengencerkan dengan air atau ASI atau susu formula sebelum diberikan kepada bayi. Ini juga bisa dioleskan tipis-tipis ke sepotong roti panggang yang dipotong menjadi potongan-potongan yang bisa digenggam bayi atau diaduk menjadi yogurt tawar atau oatmeal.
Kedelai
Alergi kedelai pada bayi mempengaruhi sekitar 0,4 persen anak-anak dan paling sering ditemukan pada bayi dan anak-anak di bawah 3 tahun, seperti dikutip dari situs kesehatan Healthline. Alergi dipicu oleh protein dalam kedelai atau produk yang mengandung kedelai.
Namun, sekitar 70 persen bayi yang alergi terhadap kedelai dapat mengatasinya tanpa pengobatan. Gejalanya termasuk gatal, mulut gatal, pilek, ruam, asma, atau kesulitan bernapas. Dalam kasus yang jarang terjadi, alergi kedelai pada bayi juga dapat menyebabkan anafilaksis.