Jakarta tak pernah selesai memberi kejutan untuk Indonesia. Kali ini, mantan Ibu Kota RI tersebut menampilkan fakta bahwa masih ada beberapa warganya yang BAB sembarangan.
Persoalan kebersihan nampaknya benar-benar jadi masalah serius yang harus diselesaikan oleh Jakarta. Kebersihan tidak hanya berkaitan dengan penampilan saja, namun juga kesehatan. Jakarta yang selalu diimplementasikan sebagai kemajuan Indonesia ternyata masih menyimpan segudang masalah. Salah satunya terkait dengan buang air besar (BAB) di sungai atau saluran air terbuka lainnya.
Fenomena BAB sembarangan yang ditemukan di Jakarta bukan kabar burung belaka. Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Danis H Sumadilaga, telah mengakuinya secara langsung. Melalui detik.com, Minggu (6/10/2019), ia menjelaskan, beberapa warga yang BAB sembarangan disebabkan karena dua hal.
Pertama, kurangnya kesadaran yang dimiliki masyarakat terkait kebersihan. Kedua, terbatasnya prasarana yang dimiliki. Dua hal tersebut perlu diupayakan, baik oleh warga maupun pemerintah. Tahun depan, kata Danis, pemerintah akan menganggarkan dana sebanyak Rp8 triliun untuk sanitas dan air bersih.
Dampak Buruk BAB Sembarangan
Ditinjau dari kesehatan, ada berbagai dampak buruk yang timbul akibat kebiasaan BAB sembarangan. Beberapa dampak buruk tersebut adalah sebagai berikut.
- Menimbulkan Penyakit
Sungai dan saluran air di Jakarta hingga saat ini belum benar-benar bersih dari sampah dan limbah. Tercemarnya saluran air tersebut sudah cukup jadi alasan munculnya berbagai penyakit. Terlebih jika sungai digunakan sebagai tempat buang air besar. Kemungkinan timbulnya penyakit akan bertambah besar.
Ada berbagai potensi penyakit yang muncul dari kebiasaan BAB sembarangan, misalnya, diare, kolera, demam tifoid, demam paratifoid, disentri penyakit cacing jambang, malnutrisi, hepatitis A dan E, penyakit kulit, dan masih banyak lagi.
- Persebaran Penyakit Lebih Mudah
Sadar atau tidak, buang hajat di sungai dapat meningkatkan potensi persebarang penyakit semakin besar, misalnya tifus atau tipes. Penyakit ini muncul akibat infeksi bakteri Salmonella typhii. Bakteri ini menjangkit tubuh lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi. Proses kontaminasi dapat terjadi lewat berbagai media, salah satunya adalah air. Bakteri ini akan mudah menyebar jika berhasil mengontaminasi air yang dikonsumsi masyarakat.
Selain melalui air, bakteri juga dapat menyebar lewat lalat. Sungai yang digunakan sebagai kakus akan dikerumuni lalat. Tidak hanya dijadikan sebagai makanan, lalat juga akan menaruh telurnya di tinja yang ada di Sungai. Dari serangga ini, bakteri dapat menyebar ke berbagai tempat.
- Meningkatkan Risiko Kematian
Penyakit yang muncul akibat kebiasaan BAB sembarang dapat menyebabkan kematian. Selain tifus, penyakit diare yang disebabkan karena kebiasaan BAB sembarangan juga dapat menimbulkan kematian. Dilansir dari website UNICEF, diare adalah salah satu masalah kesehatan yang banyak ditemui di wilayah yang warganya masih BAB sembarangan. Bahkan, sebanyak 9 persen kematian anak berusia di bawah lima tahun meninggal karena diare.
Dalam skala nasional, kebiasaan BAB sembarangan memang masih dilakukan oleh orang Indonesia, bahkan jumlahnya melebihi 31 juta penduduk. Menurut laporan WHO/UNICEF, Indonesia menempati posisi ke-2 terbanyak di dunia. Persoalan ini seharusnya tidak boleh dibiarkan terlalu larut. Karena, kultur sebuah bangsa, oleh Filsuf Slavoj Zizek, dapat dilihat dari bentuk klosetnya.