Djawanews - Kapolres Surakarta Kombes Ade Safri Simanjuntak turun tangan mengusut kasus perusakan 12 makam milik umat Kristiani di Mojo.
Dia bahkan mendatangi rumah yang dijadikan kegiatan belajar mengajar. Siswa-siswa dari rumah inilah yang jadi pelaku perusakan 12 makam umat Nasrani. Jumlah pelaku ada 10 orang dan yang paling besar umur 12 tahun.
Saat datang ke tempat ini, Rabu 23 Juni, kondisi rumah itu tertutup rapat. Cuma gerbangnya memang terbuka.
Sebuah plang di sebelah kanan rumah yang tak terpakai, menarik perhatian Kombes Ade. Pasalnya ada kertas berukuran besar dengan tulisan '18 Tingkatan di Akhirat' yang tertempel di plang itu. Di bawah tulisan itu ada kalimat 'Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziah'.
Kombes Ade lalu coba mencari Kapolsek Pasar Kliowon, Iptu Achmad Riedwan Prevoost. Mereka tampak berdiskusi serius berdua.
Tidak berapa lama, datang seorang pria. Diduga pria ini tahu soal kegiatan belajar mengajar di tempat ini.
"Ini kita daring pak, ambil tugas, dikerjakan, besoknya dikumpulkan," kata pria itu kepada Kombes Ade.
Sejurus kemudian, kertas itu kemudian dicopot. Salah seorang petugas polisi kemudian mengambil kertas itu.
Kata Kombes Ade, proses penyelidikan kasus ini masih terus berlangsung oleh Reskrim Polres Surakarta. Sejumlah saksi sudah diperiksa.
"Kita juga akan menggandeng... termasuk psikolog untuk melakukan pendampingan kepada anak-anak yang diduga melakukan perusakan," kata Kombes Ade.
Sebelumnya, Wali Koto Solo Gibran Rakabuming didampingi Lurah Mojo, Margono dan Kapolsek Pasar Kliowon, Iptu Achmad Riedwan Prevoost datang ke TPU ini, Senin 21 Juni 2021. Sambil ditemani beberapa petugas TPU, Gibran berkeliling ke area makam. Beberapa makam umat nasrani yang kondisinya sudah rusak, dilihat dengan seksama oleh Gibran.
"Ini ada salibnya yang dirobohin," kata salah satu petugas kepada Gibran.
"Di sana yang parah, makamnya sampai digeser," kata petugas itu lagi.
Gibran lalu datang ke makam yang dimaksud. Di sini dia cuma bisa geleng-geleng melihat kondisi makam itu.
Gibran tak bisa menyembunyikan kekesalannya karena toleransi di Solo dinodai. Gibran janji akan memproses sekolah tersebut.
"Ini sudah kurang ajar sekali, ngawur banget, apalagi melibatkan anak-anak," katanya.