Djawanews - Polisi bergerak cepat menangani persoalan perusakan 12 makam nasrani oleh sekelompok anak-anak di Kelurahan Mojo, Surakarta. Polisi masih memeriksa tenaga pengajar untuk mencari tahu kemungkinan adanya pengajaran doktrin yang sesat.
"Mereka bermain... Lagi kami dalami apa ada doktrin-doktrin yang salah, doktrin yang salah, kami dalami kami periksa sampai tuntas," ucap Kapolsek Pasar Kliowon, Iptu Achmad Riedwan Prevoost di lokasi, Senin 21 Juni.
Sebelumnya diberitakan, pelaku berjumlah 10 orang yang kesemuanya adalah anak-anak dari sebuah sekolah. Paling besar usia pelaku 12 tahun.
Namun polisi tidak mau menyebut tempat itu sebagai sebuah sekolah lantaran tak punya izin. Sesuai perintah Wali Kota Solo Gibran Rakabuming, kegiatan belajar di tempat itu langsung ditutup.
"Soalnya pandemi, apalagi tempatnya sempit," lanjut Prevoost.
Polisi sudah melakukan mediasi antara keluarga almarhum, para pelaku yang didampingi orang tua, pihak sekolah, tokoh masyarakat hingga RT dan RW. Meski mediasi sudah berjalan, polisi memastikan akan tetap melakukan pemeriksaan dan penyelidikan kasus ini.
Gibran didampingi Lurah Mojo, Margono dan Kapolsek Pasar Kliowon, Iptu Achmad Riedwan Prevoost datang ke TPU ini, Senin 21 Juni 2021. Sambil ditemani beberapa petugas TPU, Gibran berkeliling ke area makam. Beberapa makam umat nasrani yang kondisinya sudah rusak, dilihat dengan seksama oleh Gibran.
"Ini ada salibnya yang dirobohin," kata salah satu petugas kepada Gibran.
"Di sana yang parah, makamnya sampai digeser," kata petugas itu lagi.
Gibran lalu datang ke makam yang dimaksud. Di sini dia cuma bisa geleng-geleng melihat kondisi makam itu. Putra Presiden Jokowi ini jelas-jelas mengungkapkan kemarahannya. Gibran janji akan memproses sekolah tersebut.
"Ini sudah kurang ajar sekali, ngawur banget, apalagi melibatkan anak-anak," katanya.