Djawanews.com – Kepala Kepolisan Resor Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta AKBP Ihsan mengatakan, tagar Jogja tidak aman dari kejahatan jalanan atau klitih yang viral di media sosial dalam beberapa hari terakhir adalah tidak benar.
”Jogja ini tetap aman, anggota kami selalu hadir di lapangan untuk memberikan rasa aman. Jadi apa yang ada di medsos bahwa sekarang Jogja tidak aman itu tidak benar,” kata Kapolres Ihsan seperti dilansir dari Antara.
Dia mengatakan Jogja, termasuk Kabupaten Bantul yang diviralkan tidak aman merupakan kondisi yang tidak benar. Sebab, dalam beberapa hari ini tempat wisata di Bantul dan Yogyakarta tidak ada kejadian yang meresahkan wisatawan.
“Buktinya di Pantai Parangtritis Bantul beberapa hari ini sangat ramai, di Malioboro juga sangat ramai, itu menandakan Jogja tetap aman, tetap berhati nyaman. Apalagi di Bantul, kami jamin kasus-kasus seperti ini insya Allah sudah kami antisipasi,” ujar Ihsan.
Dia menjelaskan, antisipasi terhadap tindak kejahatan jalanan di Bantul selama ini sudah dilakukan anggota Polri dengan menerapkan langkah-langkah preemtif, preventif, dan represdif.
“Kami punya blue light patrol yang selalu patroli setiap malam, bahkan saya pimpin sendiri. Kami juga ada tim ke sekolah-sekolah untuk razia kendaraan bagi pelajar maupun razia barang bawaan dan tas bersama dengan guru,” jelas Ihsan.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, penanganan kasus klitih atau kejahatan jalanan ini yang dilakukan anak di bawah umur membutuhkan pendekatan keluarga secara universal.
“Jadi semua itu harus kita kumpulkan (keluarga pelaku kenakalan atau kejahatan, Red), kita beri pemahaman untuk dialog. Ya memang tidak mudah kalau seperti ini hanya satu keluarga, nanti sepuluh orang klitih kan berarti sepeluh keluarga,” terang Sultan.
Pemprov Jogjakarta pernah memiliki lembaga konsultan yang dibentuk khusus untuk mengatasi kenakalan anak. Namun demikian, dalam praktik kerjanya, lembaga tersebut perlu melakukan pendekatan kepada para orang tua hingga kerabat pelaku kenakalan atau kejahatan yang membutuhkan biaya mahal.
”Pada waktu itu mereka minta begini ini (butuh biaya) Rp 3 juta sampai Rp 4 juta menangani satu keluarga. Bagi saya itu masih terlalu mahal. Kita perlu cari yang lain yang lebih memungkinkan,” kata Sultan.
Sejumlah upaya pembinaan telah dilakukan untuk menangani para pelaku klitih, khususnya para anak di bawah umur, namun selalu menghadapi problem di lapangan. menilik dari berbagai persoalan tersebut, perlu upaya lebih efektif guna mengurangi munculnya kenakalan remaja.
”Jadi mungkin itu yang perlu kita perhatikan. Jadi mungkin kita bisa bicara lebih jauh, kita bisa masuk ke ruang-ruang mereka,” tutur Gubernur Keraton Jogjakarta.
Sekda Jogjakarta Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, pihaknya tengah merancang program pembinaan anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum dan berstatus diversi. Khususnya terkait dengan kasus kejahatan jalanan.
”Misinya adalah membina para pelaku klitih tersebut sebelum dikembalikan ke keluarga dan masyarakat,” ujar Kadarmanta Baskara Aji.
Program pembinaan tersebut bakal ditangani beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) serta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) Jogjakarta.
Aksi klitih terjadi di Jalan Kaliurang Kecamatan Ngaglik, Sleman pada Senin (27/12) dini hari yang mengakibatkan korban mengalami luka di telapak tangan, gigi depan, serta bagian punggung. Terkait kasus itu, polisi telah mengamankan enam orang yang salah satunya masih berstatus pelajar.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Jogjakarta Brigjen Pol R. Slamet Santoso menuturkan kasus klitih di Jogjakarta selama 2021 tercatat 58 kasus dengan jumlah pelaku mencapai 102 orang. Jumlah kasus tersebut bertambah dibandingkan dengan tahun lalu yang tercatat 52 kasus.
”Dari 102 pelaku, sebagian besar atau 80 orang di antaranya masih berstatus pelajar, selebihnya pengangguran,” kata Slamet Santoso.