Djawanews.com – Indonesia menjadi negara penghasil sampah makanan (food loss and waste/FLW) terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi di peringkat pertama dan menyusul Amerika Serikat pada peringkat ketiga. Hal itu mengacu pada data The Economist Intelligence Unit.
Menanggapi hal itu, Kementerian PPN/Bappenas RI melakukan kajian lanjutan terhadap riwayat FLW yang terjadi di Indonesia, bahkan sampai 20 tahun ke belakang.
Kajian lanjutan tersebut mengungkap kerugian ekonomi Indonesia akibat mubazir pangan adalah sebesar 4-5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) nasional atau setara dengan Rp213-551 triliun per tahun.
“Secara ekonomi, ini merugikan sekali. Bayangkan, banyak sekali makanan yang dibuang hingga mencapai 4-5 persen PDB kita kalau dihitung secara keseluruhan,” kata Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, Medrilzam, dalam talk show virtual Low Carbon Development Indonesia (LCDI), Selasa, 12 Oktober, mengutip kumparan.com.
Lebih lanjut Medrilzam menjelaskan soal persentase sampah makanan Indonesia yang mendominasi 44 persen dari seluruh jenis limbah, yaitu 23-48 juta ton per tahun.
Atau dengan kata lain, setiap orang berkontribusi membuat sampah makanan sebanyak 115-185 kg per tahun.
“2000 sampai 2019 trennya naik, dari 115 kg per orang per tahun, jadi 184 kg per orang per tahun. Bayangkan saja, jika digabung, kita bisa kasih makan 125 juta porsi tiap tahun. Tentu ini bisa mengentas kemiskinan,” tuturnya.