Djawanews.com – Permasalahan Garuda Indonesia yang mendapatkan opsi pailit dari BUMN memang cukup banyak menuai sorotan para politisi. Dari permasalahan tersebut, beberapa politisi mulai membandingkan era Garuda Indonesia berjaya dan bangkrut sekarang.
Politisi Partai Demokrat, Yan Harahap memberikan sindiran pedas kepada Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto yang belakangan kerap mengungkit pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan membandingkannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dari pernyataan Yan Harahap, kali ini dirinya membahas mengenai maskapai pelat merah yang terancam bangkrut, yakni Garuda Indonesia.
Yan mengungkapkan bahwa Garuda Indonesia mengalami puncak kejayaan pada 2012 dan justru terjadi terancam bangkrut di tahun 2021. Dengan kata lain, walau tak disebutkan secara terang, Garuda Indonesia mengalami puncak terbaiknya pada pemerintahan SBY dan kini terancam bangkrut di era Jokowi.
“Hasto tahu gak ya, puncak terbaik Garuda itu di 2012 dan bangkrut dengan utang 70 Triliun di 2021?,” tulis Yan dalam cuitannya dilihat Galamedia Minggu, 31 Oktober 2021.
Pernyataan Yan sebenarnya menanggapi cuitan mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu (MSD). MSD mengaku dirinya tahu banyak soal Garuda Indonesia yang nasibnya kini sedang di ujung tanduk.
“2005 Garuda hampir bangkrut, sudah tidak bisa terbang ke beberapa negara karena menunggak pembayaran sewa pesawat,” ungkap MSD.
Namun kata MSD, pada 2006 Garuda Indonesia mendapat suntikan dana sebesar Rp1 triliun ditambah Rp450 juta hasil penjualan kantor Garuda Indonesia.
“2006 diberikan PMN sbsr Rp1 Triliun plus Rp450 juta hasil penjualan kantor Garuda oleh KemBUMN (sekarang kantor KemBUMN) dan kembali sehat,” kata dia.
MSD melanjutkan bahwa puncak terbaik Garuda Indonesia terjadi pada 2012 dengan mencatatkan laba sebesar $110 juta dolar AS.
“Puncak terbaik 2012 dengan laba sekitar $110 juta,” pungkasnya.
Jika Garuda Indonesia pernah mencetak laba sebesar $110 juta pada tahun 2012, maka akan sangat disayangkan sekali jika sampai bangkrut nantinya. Apalagi penggantinya adalah Pelita Air Service yang dianggap berbagai pihak masih terlalu dini dan belum berpengalaman.
Untuk mendapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.