Djawanews.com – Presiden Rusia Vladimir Putin belum lama ini meminta bantuan ahli bom barel dari Suriah untuk menghadapi pasukan Ukraina. Dikabarkan, 50 ahli spesialis bom barel sudah berminggu-minggu lamanya berada di Rusia dan telah bekerja sama dengan pejabat dan tentara setempat.
Putin dikabarkan sedang merancang serangan yang lebih brutal, serupa dengan yang dilakukan oleh rezim Suriah, yaitu dengan menggunakan bom barel.
Senjata ini merupakan senjata yang dituding dipakai oleh Presiden Basar Al Assad untuk membunuh ribuan warga sipil, meski presiden Suriah tersebut tidak pernah mengakuinya.
Tetapi, menurut laporan Jaringan Hak Asasi Manusia di Suriah, Rezim Basar Al Assad telah menjatuhkan 81.916 bom barel yang menyebabkan tewasnya 11.087 warga sipil termasuk di dalamnya 1.821 anak-anak serta 1.780 wanita.
“Bom barel adalah senjata yang paling mengerikan dan menyakitkan," ungkap seorang ahli bedah asal Aleppo Suriah, dikutip dari laman The Mirror.
"Kami berurusan dengan banyak trauma, banyak amputasi, usus keluar dari tubuh, itu terlalu mengerikan,” imbuhnya.
Sebagai informasi, laman The Telegraph menjelaskan bahwa bom barrel merupakan senjata mematikan yang berbentuk seperti tong besar dan diisi dengan berbagai macam bahan peledak.
Bom ini bisa berisi pecahan peluru, minyak atau bahan kimia seperti klorin.
Biasanya senjata ini akan dijatuhkan dari helikopter atau pesawat, serta dapat menghancurkan wilayah dalam radius 800 kaki.
Karena itulah, Putin dicurigai tengah mempersiapkan serangan menggunakan bom barel kepada warga sipil Ukraina.
Putin juga sejak awal dinilai telah menggunakan taktik brutal yang mirip dengan taktik diperang Suriah untuk membunuh banyak warga sipil.
Tudingan ini berhubungan dengan status Presiden Putin sebagai sekutu dekat Presiden Assad.
Dan merujuk pada data yang dipublikasian oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia.
Menurut catatan, 7.964 warga sipil menjadi dalam serangan yang terus berlangsung di Ukraina, sekitar 3.778 korban sipil tewas dan 4.186 lainnya luka-luka.
Tetapi, jumlah ini diprediksi akan lebih tinggi sebab pasukan Rusia masih menutup-nutupi jumlah kematian sesungguhnya.
Keikutsertaan ahli bom bareh dari Suriah ini menjadi alasan mengapa Barat dan AS memperingatkan soal resiko penggunakan senjata kimia dalam perang Ukraina.
Selain itu, banyak laporan menyebutkan sekitar 800 pejuang Suriah yang dilatih oleh tentara Rusia telah mendaftar untuk turut berperang dengan Ukraina.
Saat itu kabarnya, Rusia menjajinkan gaji USD1500 hingga USD 4.000, jumlah yang 20 kali lipat lebih besar dari yang biasanya mereka terima di Suriah.