Djawanews.com – Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut tiga, Mahfud MD mengaku tak pernah ngotot menjadi cawapres seperti yang sekarang dia jalani. Alasannya, kata Mahfud, dirinya tidak memiliki partai politik dan mahalnya biaya politik sebagai cawapres yang nominalnya mencapai triliunan.
Hal ini disampaikan Mahfud saat menginap di Ponpes Nurul Qarnain, Jember, Kamis malam, 28 Desember kemarin. Di sana, dia menceritakan proses menjadi cawapres pendamping Ganjar Pranowo.
“Jadi cawapres biayanya triliunan. Jadi saya tidak berusaha mendekati. Dulu banyak yang daftar, pasang baliho, menyatakan siap. Saya tidak demikian,” kata Mahfud dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Jumat, 29 Desember.
Mahfud juga tak mau menawarkan diri secara terang-terangan. Dia merasa malu karena mengingat ada riwayat menceritakan Nabi Muhammad menolak orang yang minta jabatan.
"Secara moral saya malu menawarkan diri. Jangan sekali minta jabatan,” tegasnya.
“Kalau minta, bisa nggak dapat. Bisa dapat, tapi gagal. Tapi kalau diminta, Allah akan membantu,” sambung Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) itu.
Lagipula, Mahfud merasa sikapnya yang tak ngotot jadi peserta Pilpres 2024 membawa dampak. Buktinya, dia diminta Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dengan persetujuan partai pendukung menjadi pasangan Ganjar Pranowo.
Diketahui, Ganjar jadi capres dengan dukungan PDIP, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, dan Partai Perindo. Keempat partai tersebut bersepakat memenangkan Ganjar-Mahfud yang sekarang melawan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
“Itulah saya diminta oleh Ibu Megawati dan ketua umum partai koalisi tanpa keluar biaya sepeserpun,” pungkas Mahfud.