Djawanews.com - Indonesia semakin dikenal luas dalam kedirgantaraan dunia. Pasalnya, Indonesia kini bisa memproduksi dan mengekspor pesawat sendiri.
Salah satu produk unggulannya adalah pesawat CN235-220 yang diproduksi oleh BUMN Industri Pertahanan, PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Pesawat produksi PT DI ini memiliki beberapa keunggulan. Beberapa di antaranya adalah lepas landas untuk jarak yang pendek dengan kondisi landasan yang belum beraspal dan berumput. Pesawat ini juga mampu terbang selama delapan jam dengan sistem avionik glass cockpit, autopilot, dan winglet di ujung sayap agar terbang lebih stabil dan irit bahan bakar.
Pesawat ini juga dilengkapi dengan Tactical Console (TACCO), 360-degree Search Radar yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 NM (Nautical Mile).
Ada juga Automatic Identification System (AIS), sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi kapal sehingga dapat diperoleh posisi objek yang mencurigakan.
Segenap Teknologi dan Irit Bahan Bakar
Lebih jauh, pesawat ini juga dilengkapi Forward Looking Infra Red (FLIR) untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target. Teknologinya juga mampu merekam situasi di sekitar wilayah terbang untuk evaluasi misi, baik dalam kondisi siang maupun malam hari.
Sedangkan untuk harga dari pesawat ini, berdasarkan kontrak pengadaan sudah terjadi pada tanggal 8 Agustus 2017 dengan nomor kontrak PTD/0005/UT0000/08/2017 antara PTDI dengan A.D. Trade Belgium Company untuk end user Senegal Air Force, ekspor pesawat udara oleh PT DI didukung dengan pembiayaan skema NIA dengan total keseluruhan sebesar Rp354 miliar.
PT DI telah memproduksi dan mengirimkan pesawat CN235-220 sebanyak 69 (enam puluh sembilan) unit untuk customer dalam maupun luar negeri.
Dari total sebanyak 286 unit populasi pesawat CN235 series di dunia, dimana saat ini PTDI merupakan satu-satunya industri manufaktur pesawat terbang di dunia yang memproduksi pesawat CN235.