Djawanews.com – Ada banyak organisasi jihad di dunia. Mulai dari al-Qaeda, Hizbullah, Haman, ISIS, hingga Taliban. Aktivitas organisasi-organisasi tersebut selalu membuat dunia geger.
Bom bunuh diri di tempat umum dan eksekusi brutal yang dipublikasikan di internet sering dilakukan oleh organisasi-organisasi jihad. Hal ini membuat masyarakat dunia terancam oleh keberadaan mereka, sehingga seringkali disebut organisasi teroris.
Walaupun memiliki kesamaan dalam hal aktivitas terror, diantara sekian banyak organisasi jihad di dunia, beberapa waktu terakhir ada 2 organisasi yang sedang berseteru. Yaitu ISIS dengan Taliban.
Apa yang menjadikan kedua organisasi jihad tersebut berseteru? Kali ini kita akan menganalisa salah satu organisasi tersebut melalui sejarahnya, yaitu ISIS.
Sejarah ISIS
Kelompok ISIS awalnya didirikan dengan nama Jama'at al-Tawhid wal-Jihad pada tahun 1999 oleh seorang radikal asal Yordania bernama Abu Musab al-Zarqawi.
Selepas invasi Amerika Serikat di Irak dalam penggulingan rezim Saddam Hussein, al-Zarqawi bergabung dengan al-Qaeda pada tahun 2004, dan berubah nama menjadi Tanẓīm Qāʻidat al-Jihād fī Bilād al-Rāfidayn, yang lebih dikenal dengan nama al-Qaeda di Irak (AQI).
Bulan Januari 2006, kelompok tersebut bergabung dengan grup-grup pemberontak Irak yang tergabung dalam Dewan Syura Mujahidin. Lalu pada Juni 2006 al-Zarqawi tewas dalam serangan udara pasukan Irak dan AS.
Sepeninggalan al-Zarqawi, AQI memproklamasikan pemberntukan Negara Islam Irak (NII) pada tanggal 12 Oktober 2006, di bawah pimpinan Abu Abdullah al-Rashid al-Baghdadi dan Abu Ayyub al-Masri.
Setelah keduanya tewas dalam operasi gabungan Amerika Serikat dan Irak bulan April 2010, lalu Abu Bakr al-Baghdadi diangkat sebagai pemimpin baru kelompok tersebut.
Setelah Perang Saudara Suriah pecah bulan Maret 2011, NII di bawah kepemimpinan al-Baghdadi mengutus para pejuang ke Suriah pada Agustus 2011.
Pada April 2013, al-Baghdadi mengumumkan penyatuan NII dengan Front al-Nusra dan nama barunya, Negara Islam Irak dan Syam (NIIS) atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Namun demikian, Abu Mohammad al-Julani dan Ayman al-Zawahiri, masing-masing pemimpin al-Nusra dan al-Qaeda, menolak penyatuan tersebut.
Setelah perebutan kekuasaan selama delapan bulan, al-Qaeda memutus semua hubungan dengan ISIS pada tanggal 3 Februari 2014 karena ISIS enggan berunding dan keras kepala.
Pada tanggal 29 Juni 2014, organisasi ini mengklaim diri sebagai kekhalifahan dunia, Abu Bakr al-Baghdadi dikenal oleh para pendukungnya diangkat sebagai khalifah, dan kelompok ini mengganti namanya menjadi ad-Dawlah al-Islāmiyah.
Pada Juli 2014, ISIS merekrut lebih dari 6.300 orang menurut Syrian Observatory for Human Rights. Beberapa di antaranya diduga pernah menjadi bagian dari Pasukan Suriah Bebas.
Tanggal 23 Juli 2014, pemimpin Abu Sayyaf, Isnilon Totoni Hapilon, dan sejumlah pria bertopeng berbaiat kepada al-Baghdadi lewat rekaman video sehingga ISIS juga hadir di Filipina. Bulan September 2014, kelompok ini mulai menculik orang-orang untuk dimintai tebusan atas nama ISIS.
Tanggal 3 Agustus 2014, ISIS menduduki kota Zumar, Sinjar, dan Wana di Irak utara. Tanggal 7 Agustus 2014, Amerika Serikat menyatakan ikut serta dalam memerangi ISIS dan melancarkan serangan udara besar-besaran di Irak pada 8 Agustus 2014.
Tanggal 11 Oktober 2014, ISIS mengerahkan 10.000 militan dari Suriah dan Mosul untuk menduduki ibu kota Irak, Baghdad.
Pada akhir Oktober 2014, 800 militan radikal menguasai sebagian kota Derna, Libya, dan berbaiat kepada Abu Bakr al-Baghdadi. Derna menjadi kota pertama di luar Suriah dan Irak yang menjadi bagian dari "Kekhalifahan Negara Islam".
Di awal November 2014, sebagai tanggapan atas serangan udara koalisi, perwakilan Ahrar ash-Sham bertemu dengan Front al-Nusra, Khorasan Group, ISIS, dan Jund al-Aqsa untuk menyatukan kekuatan untuk melawan koalisi pimpinan Amerika Serikat dan kelompok pemberontak moderat Suriah.
Namun demikian, pada tanggal 14 November 2014, terungkap bahwa perundingan tersebut tidak menemukan titik terang. Sementara sebelumnya, tanggal 10 November 2014, faksi besar dari kelompok militan Ansar Bait al-Maqdis asal Mesir menyatakan berbaiat kepada ISIS.
Pada Januari 2015, pemerintah Yaman menyatakan bahwa ISIS memiliki puluhan anggota di negaranya. Sementara pada bulan itu yang sama pemerintah Afghanistan dan Uni Eropa melaporkan ISIS telah masuk ke wilayah mereka.
Dikabarkan bahwa anggota ISIS telah menyusup ke berbagai negara Uni Eropa dengan berpura-pura menjadi pengungsi sipil yang mengungsi dari zona perang Irak dan Syam. Seorang perwakilan ISIS mengklaim bahwa ISIS berhasil menyelundupkan 4.000 anggotanya, dan mereka merencanakan rangkaian serangan di Eropa sebagai balasan atas serangan udara terhadap target-target ISIS di Irak dan Suriah. Namun demikian, para pengamat yakin bahwa klaim tersebut dibesar-besarkan demi menyebarkan rasa takut. Mereka juga mengakui bahwa sejumlah negara Barat sudah tahu soal penyusupan anggota ISIS.
Pada awal Februari 2015, militan ISIS di Libya mengincar sebagian pedesaan di Libya sebelah barat Sabha dan dan pangkalan militer. Pada bulan itu juga, sebagian anggota Ansar al-Sharia di Yaman berpisah dari al-Qaeda dan berbaiat kepada ISIS.
Tanggal 16 Februari 2015, Mesir melancarkan serangan udara di Libya sebagai balasan atas pemenggalan 21 penganut Kristen Mesir oleh ISIS.
Tanggal 7 Maret 2015, Boko Haram menyatakan berbaiat kepada ISIS sehingga ISIS hadir di Nigeria, Niger, Chad, dan Kamerun.
Tanggal 13 Maret 2015, kelompok militan dari Gerakan Islam Uzbekistan berbaiat kepada ISIS kelompok tersebut merilis video lain pada 31 Juli 2015 yang menampilkan baiat pemimpin spiritualnya kepada ISIS.
Tanggal 30 Maret 2015, pejabat syariah senior Ansar al-Sharia di Libya, Abdullah Al-Libi, juga berbaiat ke ISIS.
Sejak Maret sampai pertengahan April 2015, serbuan pasukan Irak di wilayah ISIS lebih diutamakan di Tikrit dan Kegubernuran Saladin.
Pada bulan Juni 2015, Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan bahwa ISIS kehilangan lebih dari 10.000 anggota akibat serangan udara selama sembilan bulan.
Di bulan itu juga, tiga serangan bersamaan terjadi: dua hotel diserang oleh pria bersenjata di Tunisia, satu orang dipenggal di Prancis, dan sebuah bom meledak di masjid Syi'ah di Kuwait. ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan di Kuwait dan Tunisia. ISIS juga mengaku bertanggung jawab atas serangan Paris November 2015.
Terhitung sejak akhir 2014, AS bersama 70 negara-negara koalisi melancarkan serangan terhadap ISIS. Hingga pada puncaknya, pasukan koalisi merebut Mosul pada 2017.
Pada awal 2018, ISIS hanya menguasai Baghouz, sebuah desa yang berlokasi di tepi Sungai Eufrat, di mana SDF saat itu menyatakan anggota ISIS hanya tersisa ratusan.
Sepanjang 2018 dan awal 2019, ISIS terus menerus menuai kekalahan. Wilayah mereka yang awalnya seluas Portugal kemudian menyempit menjadi 50 km persegi.
Pada 3 Oktober 2021, ISIS cabang Afghanistan (ISIS-K) melancarkan serangan di Masjid Eid Gah Kabul. Serangan tersebut menargetkan pintu masuk masjid tersebut. Sebagai balasan, Taliban melancarkan serbuan ke persembunyian anggota ISIS di Kabul, dan menewaskan beberapa anggota ISIS.
Namun pada Jumat 8 Oktober 2021, ISIS kembali melancarkan serangannya di sebuah masjid Muslim Syiah di kota Kunduz, Afghanistan.
Demikian sejarah perjalanan ISIS di kancah terorisme dunia versi Djawanews
Ingin tahu informasi bermanfaat lainnya? Pantau terus Djawanews dan ikuti akun Instagram milik Djawanews