Djawanews.com - Lalat tsetse dikenal luas sebagai hewan yang hanya terdapat di benua Afrika. Hewan ini tergolong unik karena lalat tsetse juga dikenal sebagai hewan yang menyebabkan penyakit tidur.
Penyakit tidur yang disebabkan lalat tsetse ini dikenal dengan sebutan trypanosomiasis. Penyakit tidur ini bahkan umum diketahui di Afrika, khususnya di Afrika Tengah.
Sekilas, bentuk lalat tsetse berbeda dari lalat pada umumnya. Di bagian kepala lalat tsetse terdapat sepasang mata majemuk yang besar. Di bagian punggungnya terdapat sepasang sayap yang transparan.
Jika dilihat secara teliti, lalat tsetse memiliki ciri fisik berupa moncong atau proboscis yang panjang seperti jarum terdapat di bagian kepalanya.
Lalat tsetse juga memiliki tubuh berwarna kemerahan dan sayap yang posisinya terlipat rata di atas punggungnya. Sayap itu tidak terlihat menonjol seperti sayap lalat rumahan yang biasa kita lihat. Di Afrika telah ditemukan lebih dari 20 spesies lalat tsetse.
Serangan Lalat Tsetse
Penyakit tidur karena serangan lalat tsetse menyebabkan badan seseorang jadi lemas. Selain itu, orang yang terkena sengatan lalat tsetse bisa gampang tertidur, dan parahnya bisa juga menyebabkan meninggal dunia.
Terdapat setidaknya 300 ribu orang yang dilaporkan meninggal dunia karena lalat tsetse setiap tahunnya. Penyakit ini menyerang sistem saraf yang disebabkan oleh mikroba trypanosoma yang dibawa lalat tersebut.
Trypanosoma tak hanya menyerang manusia. Mikroba itu bisa menyerang hewan ternak yang akan membuat hewan itu jadi kurang produktif bahkan mati.
Lalat tsetse umumnya akan mengisap darah orang yang sedang menderita penyakit tidur. Setelah itu, mikroba trypanosoma dari orang itu ikut terisap dan tinggal di tubuh lalat tsetse. Setelah itu, lalat tsetse akan mengisap darah orang sehat lalu mikrobanya akan masuk ke dalam tubuh orang sehat itu hingga terkena penyakit tidur juga.