Pembangunan kreta cepat Jakarta Bandung diharapkan dapat menyumbang terhadap kinerja keuangan WIKA.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi diprediksi bakal melanjutkan sejumlah program prioritas pasca kembali dilantik menjadi presiden RI pada oktober mendatang. Salah satunya adalah pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Sebagaimana diketahui, pemerintah menunjuk unit usaha BUMN PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) untuk mengeksekusi proyek tersebut.
Corporate Secretary Wijaya Karya Mahendra Vijaya mengatakan, progres pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung saat ini sudah mencapai 23 persen. Pekerjaan yang tengah dilakukan di antaranya pembangunan terowongan atau tunnel di Walini dan Halim.
Dia berharap pada akhir 2019 pembangunan proyek tersebut dapat mencapai 60 persen. Dengan begitu, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dapat menyumbang terhadap kinerja keuangan perseroan
WIKA targetkan pendapatan Rp 9,5 triliun
Dari pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB), PT Wijaya Karya berharap dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp 9,5triliun.
Selain itu, Mahendra menyampaikan tambahan pendapatan lain juga akan diperoleh dari entitas anak perseroan yakni PT Wijaya Karya Beton Tbk.
Dia menilai, anak perusahaan WIKA tersebut bakal memberikan kontribusi tambahan sebesar RP 1,5 triliun dari proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tahun ini.
Sebagai infromasi, proyek pembangunan insfratruktur KCJB serta pengembangan sentra ekonomi koridor Jakarta-Bandung merupakan hasil dari tindak lanjut atas dikeluarkanya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 107 tahun 2015 soal Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Api Cepat antara Jakarta dan Bandung pada 6 Oktober 2015.
Proyek kereta cepat yang menghampar dari Halim Perdanakususma di Jakarta hingga Walini Bandung Barat tersebut digarap oleh konsorsium yang tergabung dalam PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd.
Dengan adanya konsorsium tersebut Beijing Yawan HSR akan memperoleh proporsi sebesar 40 persen, dan 60 persen sisanya akan menjadi hak milik PSBI.
Adapun kepemilikan PSBI akan dibagi lagi kepada entitas dibawahnya yakni PT Wijaya Karya sebesar 38 persen, PT kereta Api Indonesia 25 persen, PT Perkebunan Nusantara VIII 25 persen dan PT Jasa Marga 12 persen.
Mahendra mengungkapkan, pencairan pinjaman dana dari China Development Bank (CDB) untuk KCIC sudah mencapai 1,1 miliar dolar AS. Dia menyebut, hingga saat ini, belum ditemui adanya kendala dari segi pendanaan untuk proyek KCJB.
Asal tau saja, emiten berpelat merah tersebut menganggarkan belanja modal sebesar Rp18,19 triliun pada 2019. Dana itu akan dipusatkan untuk proyek investasi di bidang energi dan industrial plant, gedung dan properti, dan infrastruktur.
Dari proyek tersebut, perseroan bakal membidik penjualan sebesar Rp 42,13 triliun pada tahun ini atau naik sebesar 35,22 persen dari tahun 2018 yakni sebesar Rp 31,16 triliun, dengan proyeksi laba bersih sekitar Rp 3,01 triliun pada 2019 atau tumbuh 45,20 persen dibandingkan dengan realisasi per 31 Desember 2018.