Nilai tukar rupiah masih melemah karena ketidakpastian perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China. Simak penjelasan selengkapnya.
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sampai sekarang masih mengalami pelemahan. Nilai rupiah masih akan tertekan sentimen negatif dari eksternal. Tekanan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar masih dialami sampai sekarang.
Kurs rupiah hari ini bisa dikatakan melemah jika dibandingkan dengan kurs rupiah beberapa hari yang lalu.
Hari ini rupiah berada di level Rp14.346 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (13/5) pagi. Posisi rupiah berarti melemah jika dibanding dengan kurs rupiah pada Jumat (10/5) sore yang berada di level 14.330 per dolar AS. Tekanan tidak hanya dialami oleh rupiah saja. Sejumlah mata uang di Asia diketahui juga melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Dikutip dari cnnindonesia.com, tekanan yang dialami rupiah memang diakibatkan oleh faktor eksternal, yaitu ketidakpastian perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Kepala Riset Monex Investindo, Ariston Tjendra.
Aristin mengatakan bahwa posisi rupiah pada perdagangan pagi memang masih mendapatkan sentimen dari perang tarif dagang antara Amerika Serikat dengan China. Perang tarif dagang yang kembali memanas akhir pekan kemarin dipicu oleh pernyataan presiden Amerika Serikat melalui sebuah cuitannya di twitter.
Dalam cuitannya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia akan menaikkan tarif impor yang berasal dari China senilai US$ 200. Dari 10 persen menjadi 25 persen mulai Jumat kemarin (10/5). Atas pernyataan Trump tersebut, China meresponnya dengan mempertimbangkan menunda negosiasi perdagangan berikutnya.
Dan memang, sejak hari Jumat, 10 Mei lalu, AS benar-benar memberlakukan kenaikan tarif atas impor barang senilai US$200 miliar asal China. Kenaikan tarif tersebut dari 10 persen menjadi 25 persen. Presiden AS Donald Trump juga memerintahkan jajarannya untuk mempersiapkan tarif baru sebesar 25 persen atas barang impor bernilai US$325 miliar asal China.
Atas perseteruan Amerika dengan China tersebut kemudian berimbas pada banyak hal, termasuk nilai tukar rupiah. Ariston Tjendra juga mengatakan, “Selain itu tekanan juga datang dari negosiasi perundingan perang dagang yang sampai saat ini belum pasti.” Senin (13/5) pagi.
Negosiasi perundingan perang dagang yang masih belum menemukan jalan terang menimbulkan kehawatiran pada pasar bahwa perekonomian dunia berpotensi melemah. Kekhawatiran tersebut juga menambah tekanan pada rupiah.
Dampak perang dagang tidak hanya mempengaruhi nilai tukar rupiah, namun berpengaruh pada berbagai saham. Saham unggulan yang tergabung dalam Investor33 misalnya yang mengalami penurunan. Bahkan harga minyak mentah dunia jenis WTI di Nymex turun 2,42 persen ke US$ 60,44 per barel untuk kontrak Juni 2019. Ariston juga menambahkan bawah dari dalam negeri sendiri, rupiah juga mengalami tekanan dari data defisit neraca transaksi berjalan yang mencapai US$7 miliar atau 2,6 persen dari PDB pada kuartal I 2019. Dari sentimen tersebut Ariston juga memperkirakan kurs rupiah hari ini terhadap dollar Amerika akan melemah di kisaran Rp14.280- Rp14.400 per dolar AS.