Transaksi e-commerce di Indonesia diketahui talah mencapai triliunan rupiah.
Industri dagang elektronik atau e-commerce di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Pertumbuhan nilai transaksi e-commerce di tahun 2017-2018 juga diketahui terus bertambah. Transaksi e-commerce di Indonesia juga terus mengalami peningkatan.
Pertumbuhan transaksi e-commerce telah dibubukan oleh sejumlah platform
Salah satu e-commerce terbesar di Indonesia, Bukalapak, berhasil mencatat transaksi tahunannya sebesar US$5 miliar. Per hari mereka mencatat bahwa ada lebih dari 2 juta transaksi dilakukan selama semester pertama tahun ini. Laba bruto bulananan di Bukalapak juga dikatakan meningkat dua kali lipat lebih tinggi dari angka pada bulan Desember 2018.
Laba yang berhasil dikantongi diperoleh dari transaksi yang dilakukan oleh lebih dari 4 juta pelaku UMKM dan 2 juta mitra Bukalapak. Achmad Zaky selaku Founder dan CEO Bukalapak juga mengumumkan capaian yang ditorehkan setelah 9 tahun perjalanan Bukalapak.
Salah satu capaiannya adalah sebanyak 2 juta warung/toko kelontong dan agen wirausaha mandiri Mitra Bukalapak telah hadir di 477 dari 514 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.
Di sisi lain, Plt Deputi Bidang Iklim Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Yuliot Tanjung juga mengungkapkan peningkatan tersebut. Ia mengatakan, di tahun 2017 pihaknya berhasil mencatat nilai transaksi e-commerce sebesar Rp 12 triliun. Sedangkan di tahun 2018 traksaksi mengalami kenaikan menjadi Rp 47 triliun.
“Terjadi peningkatan yang signifikan dalam transaksi e-commerce selama beberapa tahun terakhir,” ungkap Yuliot seperti yang dikutip melalui Kumparan, Rabu (7/8).
Nilai transaksi, kata Yuliot, didorong oleh pembelian beberapa produk di e-commerce. Dari sejumlah transaksi e-commerce, produk fashion dan gadget & electronik mendominasi jumlah transaksi di e-commerce. Transaksi fashion sekitar 35 persen, sedangkan produk gadget dan elektronok sebesar 40 persen.
“Sisanya itu produk keperluan kantor dan otomotif. Yang paling sedikit dibeli adalah makanan, produk kecantikan, dan perlengkapan bayi,” ungkap Yuliot.
Atas peningkatan tersebut, Yuliot mengatakan bahwa fenomena ini bisa jadi peluang bagi industri dalam negeri. Karena selama ini, produk yang ada di e-commerce justru berasal dari luar negeri. Sedangkan produk Indonesia sendiri hanya beberapa yang ada dan tersedia di e-commerce.
Indonesia selama ini memang menjadi pasar terbesar e-commerce di Asia Tenggara. Pada tahun 2018, total transaksi (Gross Merchandise Value) e-commerce di Asia Tenggara mencapai US$ 23,3 miliar atau sekitar Rp 328,4 triliun. Dari total tersebut, 52 persen transaksi e-commerce berasal dari Indonesia. Nilai transaksi tersebut Rp172 triliun (US$ 12,2 miliar).
Meski geliat e-commerce di Indonesia sedang tinggi, namun tantangan masih harus dilalui oleh para pelaku e-commerce. Ketersediaan jaringan internet masih belum merata di sejumlah daerah di Indonesia. Namun transaksi e-commerce masih dianggap memiliki peluang besar ke depannya. Tentu peran pemerintah sagat diharapkan dalam hal ini.