Djawanews.com – Harga kedelai impor mengalami kenaikan sejak akhir Desember 2020. Hal tersebut diungkapkan oleh Yuniarti Ekoningsih, Kabid Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul. Hingga saat ini, harga kedelai impor di Kabupaten Gunungkidul belum mengalami penurunan.
Tingginya harga kedelain impor memberikan dampak terhadap para perajin tempe dan tahu, bahkan masyarakat umum. Salah satu wilayah yang terdampak adalah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Pas awal Desember harganya masih Rp8.500/kg. Sekarang naik jadi Rp9.000/kg," terang Yuniarti, Senin (04/01/2021), dikutip dari tribunjogja.com.
Berdasarkan data yang ada, kenaikan harga kedelai impor di Gunungkidul mulai terjadi pada 28 Desember 2020. Harganya bahkan sempat menyentuh Rp9.200/kg saat mendekati tahun baru.
Yuniarti menjelaskan bahwa hal tersebut membuat harga tempe dan tahu di Kabupaten Gunungkidul juga mengalami kenaikan. Ini terjadi karena produksi tempe dan tahu di kabupaten tersebut masih mengandalkan kedelai impor. Ia mengatakan, beberapa waktu ini harga tempe di Gunungkidul naik Rp500/papan.
Dampak kenaikan harga kedelai ini, lanjut Yuniarti, paling dirasakan oleh para pengusaha keripik tempe. Mereka tak dapat menaikkan harga per kemasan keripik karena saat ini daya beli masyarakat masih rendah.
Selain berita soal kenaikan harga kedelai impor, dapatkan info terkini lain tekait ekonomi, bisnis, perkembangan pasar, dan dunia usaha, dengan terus mengikuti Warta Harian Djawanews. Selain itu, ikuti pula Instagram @djawanescom untuk mengakses info-info unik dan menarik lain secara cepat.