Saham Bank BRI merosot dan diikuti saham-saham perbankan lainnya. Bagaimana bisa?
Saham Bank BRI pada bulan lalu tercatat menorehkan rekor tertinggi, bahkan memiliki nilai 10 kali lipat saat pertama kali go public tahun 2003. Namun kini saham Bank BRI merosot, apa penyebabnya.
Saham Bank BRI Merosot Diikuti Saham Perbankan Lainnya
Djawanews pernah mencatat jika saham Bank BRI (BBRI) pada 11 Juli 2019 menorehkan rekor penjualan baru. Rekor tersebut merupakan angka tertinggi sepanjang waktu dengan harga Rp 4.510 per saham.
Namun berdasarkan laporan kontan.co.id, pada penutupan bursa hari Selasa (6/8) saham BBRI ditutup memerah dan memiliki harga Rp 4.100 per lembar. Angkat tersebut mengalami penurunan 3,98% dibandingkan penutupan hari Senin (5/8) yang memiliki nilai Rp 4.270 per saham.
Selanjutnya pada Selasa kemarin saham BBRI memperoleh harga tertinggi Rp 4.210 dan harga terendah Rp 4.020, kemudian saham BBRI ditutup turun Rp 170 dalam sehari.
Saham BBRI pada saat penutupan memiliki harga bid Rp 4.100 per saham dan harga offer terendah di Rp 4.110 per saham.
Penurunan harga saham BBRI tersebut juga dipengaruhi oleh lesunya Indeks Harga Gabungan Saham (IHSG). Diketahui IHSG pada hari Selasa kemarin turun 0,91% ke 6.119,47, dan indeks sektor keuangan anjlok hingga 1,90%.
Selain BBRI, saham-saham perbankan lainnya juga turun. Kontan (7/8) mencatat harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga turun 2% (ke Rp 29.400), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 2,36% (ke Rp 7.250), dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga turun 1,26% (ke Rp 7.825 per saham).
Terkait dengan penurunan harga saham perbankan tersebut, analis Kresna Sekuritas Franky Rivan, dilansir dari kontan.co.id (7/8) menyatakan jika pelemahan IHSG disebabkan oleh memanasnya kembali sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Saat ini perang dagang dilanjutkan oleh perang mata uang. Sehingga saat ini bukan hanya saham perbankan yang di sell-off, namun juga saham pada sektor-sektor lainnya.
Pada Selasa kemarin nilai mata uang China Yuan juga mengalami pelemahan terhadap rupiah, namun hal tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap fundamental sektor perbankan di Indonesia.
Franky menyatakan ketidakpengaruhan tersebut karena total pinjaman atau simpanan dalam renminbi masih tidak signifikan dibandingkan dengan total pinjaman perbankan Tanah Air.
Apabila Anda ingin membeli saham perbankan, maka sabar dulu. Franky merekomendasikan agar menunggu likuiditas perbankan membaik dengan dana masuk dari pihak ketiga yang signifikan.
Franky juga menyarakankan saham BBCA apabila anda ingin investasi saham perbankan, dengan rekomendasi buy dan target harga Rp 34.400 hingga akhir tahun.
Perlu diketahui Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencatat total transaksi saham BBRI mencapai Rp 1.020,70 miliar, dengan total saham yang ditransaksikan 24,76 juta saham.
Jika dikalkulasikan lebih mendetail laba bersih saham (earning per share) Rp 265, maka nilai price to earning ratio (PER) BBRI adalah 15,47 kali, dan price to book value-nya (PBV) 2,59 kali. Meski harga saham Bank BRI merosot, namun tidak menutup kemungkinan akan come back kembali.