Rencana insentif yang akan digulirkan oleh pemerintah bagi eksportir produk kayu, rotan dan mebel memberikan dampak positif terhadap saham PT Integra Indocabinet Tbk yang terus mengalami penguatan pada perdagangan saham rabu (11/9/2019).
Menurut laporan saham hari ini, nilai saham dengan kode WOOD ini dibuka menguat 2,48% menuju level Rp 825. PT Integra Indocabinet Tbk memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp5,20 triliun dan diperdagangan pada price earning ratio 21,15 kali.
PT Integra Indocabinet Tbk perusahaan industri furnitur di Indonesia
WOOD merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi mebel berbahan dasar kayu dan produk kayu lainnya.
Perusahaan yang bermarkas di Sidoarjo dan mulai beroperasi sejak 1989 ini, mengantongi penjualan Rp977,54 miliar pada semester I/2019 atau tumbuh 7,93% secara tahunan. Sementara itu, laba bersih yang dikantongi senilai Rp123,06 miliar atau tumbuh 8,18% secara tahunan.
Sekitar 70,66% dari penjualan perseroan berasal dari pasar ekspor atau sebesar Rp690,71 miliar. Penjualan ekspor pada semester I/2019 itu tumbuh 2,34% secara tahunan.
Pemerintah berencana memangkas pajak penambahan nilai untuk produk kayu log. Saat ini produk kayu log masih dikenaik PPN 10%. Pemerintah juga akan membahas mengenai penghapusan Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) yang dianggap memberatkan industri.
Sebagai informasi, Emiten manufaktur kayu PT Integra Indocabinet Tbk pada kuartal I/2019, perseroan mencatatkan penjualan bersih tumbuh 5,23% menjadi Rp493,03 miliar dengan pertumbuhan laba bersih 4,46% menjadi Rp59,71 miliar. Sepanjang tahun ini, emiten dengan kode saham WOOD itu mengincar pendapatan tumbuh 45%-50% secara tahunan.
Nantinya di akhir tahun 2019 PT Integra Indocabinet Tbk. optimistis dapat meraih target penjual Rp3,15 triliun hingga akhir 2019 sejalan dengan mempercepat produksi beberapa produk baru seperti wooden blind dan millwork.
Selain itu Perseroan juga meningkatkan kontribusi penjualan ekspor ke Amerika Serikat dari 44,8% pada 2018 menjadi sekitar 60% pada 2019, untuk menangkap peluang perang dagang antara AS dan China.
Selain itu perayaan pada semester II/2019 yang lebih padat juga berpotensi mendorong penjualan seperti Natal dan Tahun Baru, Thanksgiving Day, dan Black Friday.