Beberapa saham akan diuntungkan dengan adanya revolusi industri 4.0.
Revolusi Industi 4.0 jadi salah satu program yang sedang digemborkan pemerintah. Revolusi industri bahkan menjadi tren di kalangan milenial. Revolusi industri 4.0 atau biasa disingkat dengan I4 memiliki keterkaitan dengan segala teknologi digital seperti komputer, internet, artificial inttelligent (AI), dan masih banyak lagi. Penerapan revolusi industri mulai menyentuh ke beberapa hal seperti jual-beli, pelayanan, informasi, dan aspek lainnya.
Revolusi industri 4.0 akan berpengaruh pada berbagai sektor
Peningkatan pelayanan melalui digital akhir-akhir ini banyak dilakukan berbagai perusahaan. Bentuk digitalisasi tersebut juga beraneka ragam, misalnya, disediakannya aplikasi yang dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat. Melalui smartphone, masyarakat dapat menikmati beberapa kemudahan dalam berbagai hal.
Seperti yang dilansir dari imq21.com, Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat mengatakan bahwa para pelaku dan pengusaha industri tradisional harus beradaptasi. Adaptasi terhadap revolusi industri sangat dibutuhkan agar perusahaan yang dibangun tidak kalah bersaing dengan perusahaan lain.
“Contohnya, seorang teman penulis yang punya toko grosir elektronik di Mangga Dua, Jakarta, sejak sekitar 5 tahun lalu sudah merasa kalau tokonya sepi pengunjung. Kini, tokonya rame lagi, bahkan lebih rame dari sebelumnya, karena sekarang pembelinya tidak cuma dari Jakarta dan sekitarnya, tapi dari seluruh Indonesia,” ujar Teguh, Senin (17/6).
Dari contoh kasus yang dikemukakan Teguh dapat diketahui bahwa kehadiran I4 mampu memberikan dampak yang baik. Dampak baik tersebut salah satunya adalah mampu menaikkan omzet para pemilik industri dan usaha. Jika pemilik usaha tidak mampu beradaptasi, bukan tidak mungkin usahanya akan mengalami kemunduran. Hal tersebut tidak hanya berlaku pada usaha kecil dan menengah (UKM), bisa juga terjadi pada perusahaan Tbk yang besar-besar sekalipun.
Dampak revolusi industri 4.0 juga berpengaruh pada kinerja saham. Jika diperhatikan, kinerja atau perolehan laba bersih Astra International Tbk (ASII) bisa dikatakan tidak mengalami kemajuan, bahkan cenderung stagnan. Kondisi tersebut terjadi sejak beberapa tahun lalu.
Di sisi lain, Telkom Tbk (TLKM) justru memiliki kondisi yang berbeda dengan ASII. TLKM terus mencatatkan laba yang naik. Alhasil, kenaikan saham TLKM dalam lima tahun terakhir jauh lebih tinggi dibanding ASII, demikian pula dividennya lebih besar dibanding ASII.
Salah satu faktor yang membuat TLKM bisa terus naik adalah karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan information and communication technology (ICT). TLKM tentu berkecimpung di bidang teknologi dan informatika. Bidang tersebut memiliki keterkaitan dengan Revolusi Industri 4.0.
Hal serupa juga berdampak pada kenaikan saham beberapa bank di Indonesia, seperti BCA, BRI, Mandiri, dan BNI. Keempat bank tersebut mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan saham BRI dikabarkan mampu memecahkan rekor harga tertinggi dalam sejarah perusahaan.
Sampai dengan hari ini, Jumat (12/7/2019), harga saham BBRI kembali naik 0,44% ke level Rp 4.530/saham. Harga saham BRI bahkan sempat menyentuh angka Rp 4.540/saham. Selain itu, emiten bank dengan total aset terbesar tersebut juga laris diborong investor asing.
Salah satu faktor yang membuat beberapa saham perbankan naik adalah karena perbankan mampu beradaptasi dengan revolusi industri 4.0. Perbankan mampu memberikan kemudahan bagi para nasabahnya lewat layanan aplikasi online. Sehingga memudahkan nasabah mengakses dari mana saja dan kapan saja.