Dalam 1 bulan terahkir harga saham garuda melorot tajam hingga 7 persen
Indeks harga saham Garuda Indonesia dengan kode GIAA anjlok sebesar 4,39 persen ke level Rp 392 per saham pada perdagangan Selasa kemarin.
Melorotnya harga saham Garuda Indonesia pada perdagangan Selasa (14/5/2019) disebabkan penurunan tarif batas atas tiket pesawat oleh pemerintah mulai dari 12 persen hingga 16 persen.
Sejak diterpa masalah lantaran laporan keuangan tahunan ditolak oleh sejumlah komisaris membuat harga saham Garuda menjadi tuna daya pada satu bulan terahkir.
Sejumlah analais menilai, penurunan tarif batas atas atau TBA tiket pesawat akan berpengaruh terhadap valuasi maskapai berpelat merah ini.
Analis Valbury Sekuritas Suryo Narpati berpendapat, kebijakan pemerintah untuk menurunkan TBA akan memberikan pengaruh bagi pendapatan maskapai berpelat merah ini.
Hal tersebut akan membuat para pelaku pasar cenderung untuk menahan diri untuk tidak terlibat dalam perdagangan hingga beberapa hari kedepan.
Suryo menyebut, nilai saham perusahan BUMN berpelat merah tersebut akan dipengaruhi oleh naik turunya estimasi pendapatan garuda dimasa mendatang. “hal ini akan berpotensi membuat saham garuda bergerak volatile (menguap),” katanya.
Lantas, apakah potensi bisnis Garuda berhenti kehilangan pamornya usai tarif batas atas tiket pesawat diturunkan ?
Dalam hal ini Suryo menilai, potensi perusahaan BUMN tersebut dapat kita lihat dari respon konsumen paska TBA di turunkan. Selain itu jumlah frekuensi penerbangan serta detil pendapatan perusahaan per rute juga akan menentukan potensi dari bisnis garuda. “banyak Faktor yang dipertimbangkan,”jelasnya (14/5/2019).
Adapaun Direktur Riset dan Ivestasi Pilarmas Investino Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyatakan, Kinerja Garuda Indonesia yang tetap stabil seharusnya tidak membuat saham GIAA melorot tajam.
Nico meyakini, tarif tiket Garuda masih akan menjadi yang termahal diantara semua maskapai nasional meskipun tarif batas atas tiket peswat diturunkan. Selain itu Garuda Indonesia juga telah memiliki pelanggan tetapnya sendiri. “Garuda memiliki Imej tersendiri terhadap penumpang setianya,” terangnya.
Nico menambahkan, merosotnya saham perusahaan BUMN ber pelat merah tersebut juga tidak semata-mata karena penurunan TBA yang telah ditetapkan pemerintah.
Terkoreksinya saham garuda juga dibarengi dengan kembali tergerusnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada selasa kemarin akbat sentimen global. “IHSG juga masih lesu lantaran kebijakan Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor China,” kata Nico.
Asal tau saja, dalam kurun waktu satu bulan terahkir, saham Garuda Indonesia telah anjlok hingga 7 persen. Padahal di pertengahan April lalu harga saham garuda sempat menguat di level Rp 400 per sahamnya.