Di penghujung tahun 2019, ada beberapa perusahaan bakal IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Salah satu emiten tersebut adalah PT Palma Serasih Tbk, perusahaan perkebunan dan industri pengolahan minyak sawit. Palma Serasih akan menggelar initial public offering (IPO) pada 25 November nanti.
Dilansir dari Kontan, saat ini Palma Serasih telah memasuki periode book buliding. Periode tersebut dimulai sejak tanggal 6 hingga 8 November 2019. Sedangkan jumlah saham yang ditawarkan sebanyak-banyaknya empat miliar lembar atau 20% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh.
Harga IPO Emiten Baru Palma Serasih Dipatok Rp103-Rp110.
Dengan harga tersebut, Palma bisa meraup dana sebesar Rp412 miliar hingga Rp 440 miliar. Dalam IPO-nya, PT Jasa Utama Capital Sekuritas ditunjuk Palma Serasih sebagai pelaksana emisi.
Direktur Utama PT Jasa Utama Capital Sekuritas Deddy Suganda sendiri mengungkapkan bahwa ini adalah waktu yang tepat bagi Palma Serasih melantai ke bursa saham. Hal itu dikarenakan kebijakan mandatori biodiesel dapat memacu penyerapan minyak sawit domestik.
“Kalau menunggu booming baru listing, itu telat. Momen seperti ini bagus karena B30 sudah akan mulai. PBV [price to book value] Palma Serasih sekitar 1,5 kali masih di bawah rata-rata jadi masih murah,” katanya yang dikutip dari bisnis.com, Rabu (6/11/2019).
Deddy juga mengatakan, dalam IPO kali ini Palma Serasih akan melepas sebanyak 99% saham dengan skema fixed allotment dan 1% lainnya untuk poolling allotment. Ia juga mengatakan bahwa sampai saat ini, beragam pemodal telah memesan, baik dari publik atau pun investor ritel.
Di kesempatan yang berbeda, Astrida Novieta selaku Direktur Palma Serasih mengaku melihat sentimen baik terhadap industri CPO. Salah satunya dengan adanya program penerapan biodiesel 20% pada BBM atau B20 dan B30 dari pemerintah. Prospek tersebut yang kemudian mendorong Palma Serasih untuk IPO meski saat ini sektor sawit masih lesu.
“Sehingga, ketika market kembali baik, kami dalam kondisi go public,” kata Astrida usai Due Diligence Meeting & Investor Gathering penawaran umum, Rabu (6/11).
Nantinya, dana IPO emiten baru ini akan digunakan untuk belanja modal penanaman pohon baru, yakni sebesar 44%. 30% lainnya akan digunakan untuk modal kerja, sedangkan 14% akan dipakai untuk pendanaan pabrik kelapa sawit, dan 12% sisanya akan digunakan untuk belanja modal non-tanaman.