Pemblokiran ponsel black market disinyalir menjadi katalis terhadap kinerja ERAA.
Pemerintah berencana akan melakukan pemblokiran International equipment identity atau IMEI untuk menekan peredaran ponsel ilegal black market. Peraturan tersebut dinilai akan memberikan pengaruh terhadap kinerja PT Erajaya Swasembada Tbk. (kode saham ERAA).
Kendati demikian, aturan pemblokiran IMEI sendiri baru akan diterapkan pada Agustus 2020. Selain itu pemerintah juga telah mengkonfirmasi masa tenggang untuk piranti black market selama satu sampai dua tahun.
Kinerja dan Potensi Saham ERAA
Analis Samuel Sekuritas Sharlita Malik mengungkapkan, rencana pemerintah untuk menekan peredaran gawai ilegal di pasar gelap atau black market melalui pemblokiran IMEI bisa menjadi katalis terhadap kinerja ERAA hinga dua tahun mentang.
Sharlita memproyeksikan peraturan tersebut berpotensi menekan peredaran gawai atau ponsen ilegal yang berasal dari black market. Dalam pelaksanaanya memiliki tenggat wajtu hingga dua tahun kedepan.
“Menurut kami, pemblokiran IMEI akan berdampak terhadap kinerja ERAA di 2020,” ungkap Sharlita.
Samuel Sekuritas mengestimasikan pemblokiran IMEI bagi ponsel ilehal akan berpotensi tehadap pertumbuhan demand bagi ERAA sebesar 20 persen sampai 30 persen setelah masa tenggang berahkir.
Di sisi lain, kesepatakn baru antara ERAA dengan Xiaomi berpotensi menurunkan beban bunga PT Erajaya Swasembada. Diketahui, ERAA telah membuat kesepakatan baru dengan Xiaomi pada kuartal II 2019.
Perseroan hanya akan memesan finishe good dari Xiaomi, sehingga tidak perlu lagi susah-susah melalakukan perakitan kembali di Indonesia. Kondisi ini akan mampu menurunkan lebel inventory turnover serta pinjaman jangka pendek.
“Pelunasan pembayaran pinjaman jangka pendek ERAA di kuartal II 2019 berpotensi mengurangu beban bunga sebesar Rp 24 miliar per kuartal,” papar Sharlita.
Pernyataan Sharlita juga di sepakati oleh Analis BNI Sekuritas William Siregar. dia memaparkan, penjualan ponsel dari black market akan sangat berdampak terhadap kinerja ERAA.
Data dari Kementerian Perdagangan, peredaran ponsel ilegal telah membanjiri pasar Indonesia sampai 900.000 unit per bulan atau 7,2 juta sampai 10,8 juta perangkat per tahun. Adapun penjualan ERAA pada tahun lalu mencapai 16,16 juta.
Selanjutnya, Sharlita menyarankan untuk menahan saham ERAA dengan beberapa kondisi, yakni perubahan peraturan pemerintah dan pemintaan yang tidak sesuai dengan estimasi.
Sharlita menyarankan kepada pemegang saham ERAA untuk menahan saham di level Rp 2.050 dengan refleksi PE di 11.1 kali.
Adapun BNI Sekuritas menurunkan rekomendasi beli menjadi netral, namun tetap meningkatkan target Harga saham ERAA di level Rp 1.900 dari sebelumnya Rp 1.650 per lembar saham.