Nissan Sedang Dirundung Pilu, Labanya Jeblok Hingga 99 Persen.
Pabrikan Mobil Nissan (NSANF), salah satu pabrikan mobil kedua di Jepang ini telah memangkas tenaga kerja dan tunda produksi di Indonesia.
Kebijakan ini dilakukan setelah Nissan mengumumkan penurunan laba nisan jeblok hingga 99 persen pada kuartal II-2019 dibanding kuartal sebelumnya. Pendapatan pun menurun hampir 13 persen jika dibandingkan tahun lalu.
Gara-gara laba nissan jeblok, Nissan terpaksa harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 12.500 pekerja di seluruh dunia. Angka ini 2 kali lipat lebih besar dari yang dilaporkan perusahaan pada bulan Mei lalu.
Meski demikian, pihak Nissan masih menolak mengungkap lebih lanjut mengenai lokasi lain yang bakal terpengaruh pemangkasan jabatan itu.
Nissan Tunda Jalur Produksi di Indonesia
Selain memangkas tenaga kerja, perusahaan juga bakal mengurangi jajaran produk, setidaknya 10 persen pada akhir tahun fiscal 2020.
“Ini adalah deskripsi kasar, tetapi fasilitas luar negeri yang merugi akan menjadi target utama,” tutur CEO Nissan Hiroto Saikawa.
Tak hanya itu, Hiroto Saikawa mengungkap telah menangguhkan jalur produksi di Indonesia dan Spanyol. Awal tahun ini, Nissan juga telah mengakhiri produksi 2 kendaraan mewah di Inggris.
Namun Nissan juga telah bergulat dengan masalah sendiri. Perusahaan telah kehilangan pangsa pasar di Amerika Serikat dan Eropa.
Pada kuartal pertama misalnya, penjualannya menurun menjadi 7,9% atau 351.000 unit dibanding setahun sebelumnya sekitar 8,1%. Sementara itu, penjualannya di Eropa, termasuk Rusia, turun lebih dari 16% pada kuartal yang sama dibanding tahun lalu.
Perusahaan juga masih berusaha untuk lepas dari masalah tahun lalu, yakni penangkapan mantan presiden Carlos Ghosn di Tokyo yang hingga kini hukumnya belum selesai.
Meski Nissan telah membantah tuduhan itu, dakwaan yang didera Ghosn telah membuat ketegangan besar pada aliansi antara Nissan, Renault, dan Mitsubishi Motors.
Sebenarnya, ketiga perusahaan tersebut telah memperbarui komitmen kemitraan, sayangnya ketegangan antara ketiganya masih belum hilang.
Sama halnya dengan pabrikan mobil global lainnya, Nissan sedang menghadapi tantangan berat Ekonomi global yang lesu telah merusak penjualannya, dan perang dagang AS-China tetap menjadi resiko besar bagi para produsen. Standar emisi baru, sebagian didorong oleh krisis iklim, juga mengganggu industry.