Pada awal November 2019 ini, Manajer Investasi (MI) memutar otak menyambut window dressing.
Menjelang window dressing yang akan terjadi pada akhir tahun 2019, para MI disibukkan dengan mengatur ulang underlying asset, bagi produk-produk reksa dana (berbasis saham).
Banyak pengamat menilai, peluang terjadinya window dressing pada akhir tahun ini dinilai sangat besar. Hal tersebut dipengaruhi oleh valuasi saham di tahun 2019 yang terbilang sudah murah.
Apa Itu Window Dressing?
Bagi para pelaku ekonomi yang bergerak di bidang saham, mungkin istilah windows dressing cukup familiar. Namun bagi masyarakat awam, akan menerka-nerka maksudnya.
Momen akhir tahun adalah yang ditunggu-tungga para para emiten, MI, dan pelaku bursa saham, karena pada momen tersebut pergerakan harga saham akan dapat dilihat berada pada level tertentu.
Window Dressing yang terjadi pada akhir tahun, adalah kondisi harga saham mengalami kecenderungan untuk menguat. Tentu hal tersebut akan mendatangkan keuntungan berlipat bagi para pelaku saham.
Window dressing juga dijadikan momen para MI dan emiten untuk memaksimalkan kinerja dari laporan keuangan menjelang tutup buku tahunan. Meskipun momen window dressing tidak hanya terjadi setiap akhir tahun (juga terjadi di setiap kuartal), namun pada momen akhir tahun memiliki efek yang paling besar.
Strategi MI Menyambut Windows Dressing
Terkait dengan windows dressing, Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat, dilansir dari Bisnis.com menjelaskan jika pihaknya menggunakan strategi sentiment, interest rate, valuation, earning, dan liquidity, atau yang disingkat menjadi SIVEL.
SIVEL digunakan untuk mengatur portofolio saham dengan pemilihan saham yang dilakukan lewat stock picking—daripada melalui alokasi aset (asset allocation). Hal tersebut dikarenakan stock picking tidak bisa bullish bagi keseluruhan saham.
Budi juga menilai, meskipun tidak ada window dressing, prospek pasar saham masih menarik karena obligasi masih cukup banyak. Hal tersebut dikarenakan peluang investasi saham semakin jelas setelah Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun turun di bawah 7%—dengan diikuti penguatan daya beli.
Di pihak lain, Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto menyatakan jika pihaknya tidak terlalu spesifik mempersiapkan momentum window dressing. Meskipun dirinya tetap optimistis atas penguatan pasar saham di akhir tahun 2019.
Keyakinan Rudianto, didasari track kinerja pasar saham sepanjang tahun 2001—2018 (pada bulan Desember) belum pernah berada pada wilayah negatif. Dirinya menyatakan jika saat ini memilih strategi untuk menyesuaikan dari berbagai produk reksa dana Panin.
Menyambut window dressing, Panin akan melakukan strategi pemilihan saham dengan mengacu pada produk reksa dana. Diketahui, terdapat reksa dana saham properti dan keuangan, namun Panin akan lebih memilih pada saham di sektor komoditas.