Pelemahan mata uang China, Yuan, diperkirakan akan memengaruhi ekonomi Indonesia.
Presiden Joko Widodo nampaknya mulai mengkhawatirkan pergerakan mata uang Yuan, China, yang terus didevaluasi oleh bank sentralnya. Mata uang China diketahui terus menurun akibat dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Padahal China sebagai salah satu negara mitra dagang yang dimiliki Indonesia.
Jokowi khawatir pelemahan Yuan akan berdampak pada ekonomi Indonesia
Presiden Jokowi memutuskan untuk mengumpulkan para menteri bidang ekonomi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (14/8). Pertemuan tersebut membahas antisipasi dampak pelemahan yuan terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu, risiko kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan negara berkembang lain juga dibahas dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan itu dihadiri oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, hingga Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto. Selain itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga hadir.
Menkeu Sri Mulyani mengatakan, pemerintah membahas dinamika pelemahan kurs mata uang Yuan. Menurut Sri Mulyani, pelemahan Yuan akan berdampak pada sejumlah sektor ekonomi RI. Transmisi dari pengaruh global ini suka atau tidak suka pasti akan terasa.
Pengaruh pelemahan Yuan, menurut Sri Mulyani, bisa berdampak pada nilai tukar Rupiah, indeks harga saham, bonds yield, dan SBSN. Itu semuanya akan terpengaruhi. Sri Mulyani juga mengatakan bahwa faktor fundamental perekonomian Indonesia bisa bertahan dan tumbuh di atas 5 persen melalui investasi. Sehingga salah satu tugas pemerintah yang harus diselesaikan adalah masuknya investasi ke Indonesia.
“Kemudian bagaimana kita tetap memperbaiki daya kompetisi kita. Supaya kemudian kita tidak terlalu mudah terombang-ambing dengan perubahan lingkungan,” ungkap Mentri Keuangan.
Menkeu juga menjelaskan, daya tarik investasi harus berasal dari kualitas infrastruktur yang lengkap, kebijakan insentif yang ramah investor, serta mutu sumber daya manusia yang baik. Dia mendetailkan tenaga kerja dalam negeri harus punya kemampuan dan produktivitas yang tinggi.
Kekhawatiran Presiden terhadap pelemahan Yuan memang lebih dahulu dikhawatirkan oleh para pelaku usaha. Para pelaku khawatir, China akan membanjiri pasar Indonesia dengan produk-produk mereka karena impor yang meningkat. Karena produk China akan lebih murah, selain itu China juga memiliki keunggulan kompetitif.
Dalam pertemuan ini, Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa mata uang Tiongkok telah menembus 7 yuan per dolar AS. Padahal sebelumnya, mata uang Yuan selalu dijaga di bawah 7 Yuan per dolar AS. Atas hal tersebut pemerintah melakukan kajian kebijakan devaluasi Yuan yang mungkin dapat memicu terjadinya persaingan dari sisi mata uang.
Hal senada juga diungkapkan oleh Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti. Ia menyebut bahwa perekonomian Indonesia akan menghadapi sejumlah tantangan ke depannya. Terutama yang berasal dari global. Salah satunya, pelemahan Yuan yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok.
Menurut Damayanti, pihaknya akan terus mewaspadai dan memonitor perkembangan ekonomi global lainnya yang dapat berdampak ke dalam negeri. Perang dagang, menurutnya juga membuat ekspor terkontraksi, sehingga berkontribusi pada melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia.