Djawanews.com - Kejadian kurir diomeli emak-emak saat melakukan pembayaran belanja online dengan metode cash on delivery atau COD jadi perhatian netizen. Emak-emak itu disinyalir membeli barang di lapak online dengan metode COD dan merasa pesanannya tidak cocok.
Emak-emak itu langsung murka, terlebih kepada kurir yang mengantarkan barang ke rumahnya.
Setelah kejadian itu viral, Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) pun ikut buka suara.
Ketua Umum Asperindo Mohammad Feriadi mengatakan, dalam metode COD kurir hanya mengantar paket yang berisi barang pembelian. Kurir juga bertugas memastikan paketnya aman sampai tujuan dan menerima pembayaran.
Sedangkan masalah kualitas barang seperti apa bukan urusan kurir.
"Pemilihan jenis pembayaran adalah keputusan pembeli, itu pilihan dari marketplace. Kurir hanya mengantar barang yang dibeli, artinya kurir tentu tidak mengetahui barang itu cocok dengan yang dilihat pembeli atau berbeda," kata Feriadi.
"Masyarakat mengira kurir tahu isi barangnya, tapi itu bukan ranah kurir. Apabila kemudian ditemukan barang tidak sesuai tentu ini menjadi tanggung jawab penjual bukan kurir," lanjutnya.
Bukan Salah Kurir
Bila ada masalah pada kualitas barang, lanjutnya, bukan salah kurir. Kurir tidak seharusnya kurir diamuk. Komplainlah kepada penjualnya atau marketplace-nya.
Feriadi mengatakan sebetulnya model pembayaran COD sendiri dibuat karena banyak masyarakat yang belum memiliki akses ke lembaga keuangan. Entah belum punya rekening di bank ataupun akun kartu kredit. Maka COD adalah model yang dibuat untuk memudahkan pembayaran.
"COD itu layanan Cash On Delivery atau bahasa sederhananya ada uang ada barang. Layanan ini banyak diminati dan dibuat awalnya karena banyak masyarakat yang tidak memiliki kartu kredit atau rekening bank. Makanya mereka mempersiapkan uang tunai pas barang datang," ungkap Feriadi.