Adanya ibu kota baru berpotensi akan menaikkan ekspor dan investasi asing yang masuk ke Indonesia.
Indonesia resmi memiliki ibu kota baru, yaitu Kalimantan Timur. Adanya ibu kota baru tersebut diperkirakan akan meningkatkan potensi ekspor dan investasi asing. Dilansir dari kompas.com, Kepala Ekonom Makro Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengungkapkan, peningkatan juga harus dibarengi dengan infrastruktur.
Peningkatan infrastruktur di ibu kota baru akan menarik investasi asing
“Jadi, jika pembangunan infrastruktur di sana ditingkatkan untuk pembangunan ibukota, ekspor di sana semakin bisa berkembang. Perbaikan infrastruktur di sana juga bisa untuk menarik investasi asing baru, terutama dalam industri pemrosesan komoditas (value added mining sector),” kata Satria yang dikutip dari artikel kompas.com (1/9).
Tahun lalu, kata Satria, nilai ekspor Kalimantan Timur mencapai 10,3 miliar dollar AS. Angka tersebut jadi angka tertinggi ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jawa Barat mencapai 16,87 miliar dollar AS, sedangkan Jawa Timur senilai 10,59 miliar dollar AS.
Tidak hanya akan meningkatkan eskpor dan menarik investasi asing masuk ke Indonesia, Satria menilai ibu kota baru berpotensi akan membuka sektor lain. Yaitu sektor jasa dan potensi pasar baru provinsi non-Jawa. Kalimantan Timur jadi salah satu provinsi terkaya kedua setelah DKI yang dimiliki Indonesia.
“Provinsi tersebut memiliki tingkat pengangguran yang tinggi. Bahkan tertinggi keempat di Indonesia, dengan 6,66 persen warganya menganggur. Jadi kami pikir rencana ini positif untuk membuka sektor jasa dan potensi pasar baru provinsi non-Jawa,” ujar Satria.
Tidak hanya itu, dengan asumsi pembiayaan ibu kota baru sebesar 80-20 pemerintah-swasta, Satria berpendapat pemerintah perlu mengalokasikan dana sekitar Rp 93,5 triliun. Dana tersebut akan menambah defisit fiskal sebesar 0,15 persen setiap tahun, dengan asumsi persebaran berjangka waktu selama lima tahun.
“Dengan asumsi anggaran ini tersebar dalam jangka waktu 5 tahun, kemungkinan bakal ada tambahan defisit fiskal 0,15 persen dari jumlah defisit fiskal setiap tahun,” ujar Satria.
Ia juga mengatakan, anggaran realokasi modal Indonesia juga lebih tinggi ketimbang Korea Selatan dan Malaysia. Korea Selatan anggaran relokasi dari Seoul ke Sejong mulai tahun 2005 sebesar 9,7 miliar dollar AS. Sedangkan Malaysia, dari Kuala Lumpur ke Putrajaya mulai tahun 1996, sebesar 8,0 miliar dollar AS.
Presiden Jokowi sendiri memang sedang membuka Indonesia terhadap investasi asing. Terlebih dengan adanya perang dagang yang membuat Yuan terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Adanya investasi asing yang masuk ke Indonesia akan menjaga perekonomian Indonesia tetap tumbuh di atas 5 persen.
Tidak hanya berasal dari infrastuktur, investasi asing juga dipengaruhi dapat ditingkatkan melalu sumber daya manusia yang baik. Indonesia harus memiliki sumber daya manusia yang mampu bersaing. Dengan kualitas sumber daya yang baik, akan banyak investasi asing masuk ke Indonesia.