Kekhawatiran global soal defisit nikel membuat harga nikel melesat hampir 50 persen.
Untuk pertama kalinya, harga nikel mampu melesat lebih tinggi dibanding harga timah. Setelah 9 tahun tertinggal, kini harga nikel berhasil menyalip harga timah di bursa London pada perdagangan Selasa (27/8/2019).
Situasi tersebut disokong oleh reli mengesankan dari harga nikel sejak awal tahun 2019. Di sisi lain, koreksi harga timah masih terus terjadi sampai hari ini.
Sebagai informas, harga nikel di London Metal Exchange (LME) tumbuh ke level 15.910 dollar Amerika Serikat (AS) per ton atau naik sebesar 1,6 persen pada pembukaan perdagangan.
Angka itu melebihi kontrak timah yang tergerus ke level terendahnya selama tiga tahun terahkir yakni sebesar 17.756 dollas AS per ton.
Harga nikel dan timah diluar ekspektasi
Berdasarkan data Refinitiv Eikon, apabila harga nikel di tutup melebihi harga timah pada perdagangan di bursa LME, maka ini akan menjadi yang pertama kali sejak 15 September 2010.
Dikutip dari Reuters, Manajer STX Corp Yim Suk Jae mengungkapkan pergerakan harga komoditas nikel dan timah saat ini benar-benar di luar ekspektasi.
“Saya belum pernah melihat kejadian ini selama karis saya. Tapi itu karena harga timah turun dan harus diiringi dengan harga nikel yang naik,” papar Yim Suk Jae, Selasa (27/8/2019).
Pada perdagangan di bursa LME, pergerakan nikel menjadi yang terparah diantara semua logam dasar dan telah anjlok sebesar 19 persen sejak Januari 2019 hingga sekarang.
Anjloknya harga timah disebabkan karena sedikitnya permintaan sebagai imbas dari perlambatan ekonomi China yang merupakan negara dengan konsumsi timah terbesar di dunia.
Sejumlah pabrik peleburan timah di China belakangan ini telah mengurangi produksi timah karena kondisi pasar yang tidak bergairah, biaya produksi rendah serta sedikitnya ketersediaan bijih timah.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan nikel yang memiliki pergerakan mengesankan dan berhasil meroket hampir 50 persen sejam Januari 2019 hingga sekarang. kinerja nikel yang terus tumbuh dikarekanan kekhawatiran pasar terhadap stok bijih nikel yang semakin berkurang.
Kekhawatiran pasar terhadap menipisnya pasokan nikel terjadi di tengah naiknya permintaan penggunaan nikel bagi kendaraan listrik.
Harga nikel terus terus mengalami penguatan seiring dengan adanya spekulasi bahwa Indonesia yang merupakan penyuplai utama bijih nikel akan menerapkan kebijakan larangan ekspor bijih nikel yang akan diberlakukan pada awal 2022.