Harga minyak sawit diprediksi bakal menyentuh level 2.400 ringgit per ton.
Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) terpantau mulai merangkak naik seiring dengan adanya pertumbuhan permintaan minyak sawit dunia dan penurunan produksi di dua negara produsen sawit terbesar yakni Indonesia dan Malaysia.
Dilansir dari CNBCIndonesia.com, harga minyak sawit perlahan-lahan mulai terlihat laik. Pada awal perdagangan Jumat (11/10/2019) harga CPO untuk kontrak berjangka berada di level 2.201 ringgit per ton alias naik tipis 0,04 persen di Bursa Derivatif Malaysia.
Harga minyak sawit akan semakin melambung di tahun depan
Sejumlah pihak memprediksi minyak sawit akan mengahkiri tren negatifnya pada awal tahun 2020.
Lembaga pemeringkat kredit internasional, Fitch, memperkirakan, Harga CPO akan terus naik dan hingga level 2.300 ringgit per ton.
Sedikit lebih tinggi dari Fitch, Public Investment Bank memprediksi harga minyak sawit bakal menembus 2.400 ringgit per ton.
Keyakinan ini timbul seiring dengan adanya katalis positif dari segi permintaan ataupun pasokan yang berpotensi menguras stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia.
Berdasarkan laporan Public Investment Bank, inventori alias cadangan minyak sawit berpotensi menipis karena tersendat oleh laju produksi.
Selanjutnya, dari segi permintaan, peningkatan penggunaan biodiesel dan tingginya permintaan produk minyak sawit dari China dan India diyakini dapat mengangkat harga CPO.
Adapun musim panas yang sedang berlangsung saat ini diperkirakan bakal menghambat produksi sawit pada 2020.
Dalam ramalan Public Investment Bank, di akhir Semester I/2020, cadangan minyak sawit di Malaysia akan semakin menipis menjadi 2 juta ton. Sedangkan di Indonesia, stok minyak sawit diprediksi akan berkurang menjadi 3 juta ton di periode yang sama.
Selain itu, langkah Malaysia yang akan menerapkan regulasi anggaran yang ekspansif di tahun depan untuk menjaga permintaan domestic, juga menjadi pemicu pertumbuhan harga minyak sawit.