Harga minyak kembali tak berdaya setelah China mencatatkan pertumbuhan ekonomi terburuk dalam 27 tahun terakhir.
Harga minyak mentah dunia mengalami koreksi yang cukup tajam pada perdangan Jumat (18/10/2019).
Melansir Bloomberg, harga minyak mentah dengan WTI di pasar NYMEX untuk kontrak bulan November 2019 turun sebesar 0,2 persen ke posisi 53,82 dolar Amerika Serikat (AS) per barel.
Di sisi lain, harga minyak Brent di pasar ICE untuk kontrak bulan Desember 2019 anjlok 0,53 persen ke level 59,59 dolar AS per barel.
Faktor penekan harga minyak
Harga minyak global mulai turun setelah China mencatatkan pertumbuhan ekonomi terburuk dalam 27 tahun terakhir. Pelemahan tersebut terjadi akibat perseteruan dagang dengan Amerika Serikat yang masih terus berlanjut.
Secara Year on Year pertumbuhan ekonomi China di Kuartal ketiga pada tahun ini melambat 6 persen dan menjadi yang terparah dalam tiga dekade terahkir.
Asal tau saja, pertumbuhan harga minyak akan cenderung mengikuti pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, perlambatan ekonom China akan sangat berdampak terhadap laju harga minyak, terlebih lagi China merupakan importir minyak mentah terbesar kedua di dunia.
Menurut Kepala Strategi Pasar CMC Markets Sydney Michael McCharty, kendati GDP (Gross Domestic Product) China di kuartal tiga tahun ini dirilis sedikit di bawah ekspektasi, namun hal tersebut bukan sebuah kejutan bagi para pelaku pasar, sebab data yang lemah memang sudah di prediksi.
“Ini adalah waktu yang sulit bagi pasar karena kami mempunyai pertanyaan tentang penawaran dan permintaan” terang Michael dilansir dari Reuters, Jumart (18/10/2019).
Dan yang mengejutkan kami adalah data EIA (Administrasi Informasi Energi) yang dirilis Kamis malam kemarin,” tambah Michael.
Beberapa waktu lalu, EIA menerbitkan laporan tentang cadangan minyak mentah AS yang meningkat tajam hingga 9,3 juta barel. Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang ekspektasi analis yang memprediksi persediaan hanya naik 2,9 juta barel.
Mengutip dari Bisnis.com, ANZ Research dalam risetnya juga menyatakan kekhawatiran pasar soal pertumbuhan yang lebih lemah dalam permintaan minyak serta keraguan OPEC untuk menstabilkan kembali pasar dengan memotong produksi minyak akan menjadi penekan utama pada harga minyak.
Beberapa negara yang tergabung dalam OPEC telah sepakat untuk memangkas produksi minyak mentah mereka sebesar 1,2 juta barel per hari. Pembatasan produksi ini akan terus dilakukan hingga Maret 2020.
OPEC juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhaan permintaan minyak global di tahun ini menjadi 980.000 barel per hari.
Adapun permintaan minyak global pada tahun depan diprediksi tetap berada di level 1,08 juta barel per hari.