Konfrontasi perekonomian antara China dan Amerika Serikat (AS) masih berlanjut, efek perang dagang tersebut masih dirasa secara global.
Perang dagang antara China dan AS yang sudah dimulai sejak tahun 2018 lalu belum terlihat akan surut. Efek perang dagang tersebut tentu berpengaruh bagi keadaan ekonomi global.
Efek Perang Dagang Berimbas pada Ekonomi Dunia
Perang datang antara China dan AS dimulai setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pengenaan bea masuk yang lebih tinggi terhadap barang-barang China yang masuk AS.
Tidak tinggal diam, China juga membalas dengan penerapan bea masuk untuk lebih dari 128 produk AS, yang paling vital adalah kedelai yang merupakan ekspor utama AS ke China. Lantas bagaimana efek yang dirasakan bagi negara lain?
- Iklim Manufaktur yang Suram
Akibat perang dagang nilai ekspor Jepang kembali turun. Hal tersebut membuat kepercayaan bisnis manufaktur mencapai level terendah selama tiga bulan.
Sebagaimana dilaporkan oleh Reuters, dilansir dari kontan.co.id, Kamis (18/7), Departemen Keuangan Jepang melaporkan jika angka ekspor Juni turun sebanyak 6,7% dari tahun sebelumnya.
Penurunan manufaktur tersebut di antaranya penurunan penjualan kapal tanker, suku cadang mobil China dan pipa baja. Penurunan tersebut lebih rendah jika dibandingkan prediksi ekonom yang memprediksi dapat meningkat sebesar 5,6% dan penurunan 7,8% pada bulan Mei.
- Bursa Eropa Terkoreksi
Akibat memanasnya perang dagang antara China dan AS, bursa Eropa ditutup terkoreksi pada perdagangan Rabu (18/7/2019) waktu setempat.
Dilansir dari cnbcindonesia.com, Kamis (18/7), Indeks Pan-European Stoxx 600 diperdagangkan turun 0,36%, dengan saham minyak dan gas anjlok hampir 2%. Kendati demikian saham makanan dan minuman naik tipis 0,5%.
Hal tersebut dikarenakan efek dari Donald Trump yang pada hari Selasa (5/7), mengatakan jika hubungan AS dan China “masih memiliki jalan yang panjang” dalam rangka memperbaiki hubungan perdagangan kedua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
- Indonesia Genjot Ekspor
Indonesia genjor ekspor, sebagaimana yang telah diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu silam, yang mengimbau bagi para pelaku ekonomi untuk menggiatkan ekspor dengan memanfaatkan momen perang dagang.
Pernyataan Jokowi tersebut direspon cepat oleh produsen Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX). Produsen benang dan kain mentah tersebut melihat peluang ekspor ke AS.
Namun, meskipun kondisi perekonomian cenderung bergejolak dengan adanya perang datang, kondisi tersebut dapat dimaksimalkan oleh perusahaan dengan cara masuk ke AS saat produk dari China jadi terhambat.
Meskipun antara pihak China dan AS sudah beberapa kali mengadakan pertemuan, namun tidaklah mencapai kesepakatan dan efek perang dagang masih saja berlanjut.