Libra akan menggunakan teknologi Blockchain yang memiliki kemiripan dengan Bitcoin.
Belum lama ini, facebook inc meluncurkan mata uang virtual atau criptocurrency melalui perusahaan penyedia uang virtual Calibra. layanan keuangan virtual ini memungkinkan pengguna untuk bertransaksi di jaringan jual beli uang mata uang kripto. Jika libra benar benar diluncurkan, bukan tidak mungkin pasar bitcoin akan tergerus.
Mata uang kripto terbaru yang diluncurkan Facebook, Libra, digadang-gadang berpotensi jadi mata uang dunia. Dengan mata uang kripto, pengiriman uang ke selurh dunia akan semakin mudah. Rencananya , Libra akan memberlakukan mata uang virtual tersebut secara global serta akan didukung dengan teknologi blockchain.
Yang menarik, teknologi yang akan digunakan libra mirip dengan bitcoin dengan menggunakan sistem peer to peer dalam blockchain. Adanya sistem tersebut akan membuat biaya transaksi menjadi lebih murah lantaran tidak membutuhkan perantara yang memastikan data transaksi bisa dipertukarkan dengan bank pemilik transaksi.
Lantas, apa beda Bitcoin dengan Libra?
Bank Indonesia (BI) berpendapat mata uang libra berbeda dengan mata uang kripto lainya, sebut saja Bitcoin. Perbedaan paling kentara antara libra dengan Bitcoin adalah Libra memiliki penjamin aset, sedangkan Bitcoin tidak.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung mengatakan, hingga
kini BI masih terus melakukan kajian
terhadap mata uang milik perusahaan jejaring sosial raksasa tersebut. akan
tetapi dia menungkapkan, bahwa Libra memiliki perbedaan dengan Bitcoin.
mata uang kripto libra memiliki penjamin aset bernilai tinggi, antara lain; emas dan surat utang Amerika Serikat (US
Treasury). Selain itu, ada asosiasi yang bertugas mengawasi transaksi di
jaringan jual beli uang mata uang kripto yang bermarkas di Jenewa, Swiss.
“Jadi memang ada perbedaan antara Libra dan Bitcoin. Kami masih akan
pantau apakah ini lebih seperti mata uang asing, seperti dolar AS
misalnya,” papar Juda di Jakarta, Rabu (26/6/2019).
Adapun Bitcoin, dianggap memiliki risiko yang cukup tinggi lantaran tidak memiliki penjamin yang jelas serta sarat akan spekulasi. Di sisi lain, jumlahnya yang juga terbatas membuat harga menjadi tidak stabil alias pasang surut.
meskipun memiliki penjamin aset bernilai tinggi, akan tetapi juda enggan
mengatakan Libra memiliki risiko yang
lebih minim ketimbang Bitcoin dan mata uang kripto lain. Lagi-dia menegaskan, BI masih perlu waktu menganalisa Libra secara
mendalam.
Juda mengimbau kepada masyarakat agar tidak tergoda untuk menggunakan Libra
sebelum ada keputusan resmi dari Bank Indonesia. berdasarkan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, mata uang yang sah digunakan di Indonesia
hanya rupiah.
“Ini juga kan belum keluar, baru akan diluncurkan pada kuartal I tahun depan,” terang Juda.
Dengan begitu, baik Libra maupun Bitcoin tidak akan dapat digunakan sebagai alat transaksi jual beli di tanah air.
“Intinya, alat pembayaran
yang sah adalah rupiah. Jadi, di luar rupiah, alat pembayaran lain tidak sah di
Indonesia,” tegas Juda