Beberapa waktu ini terdapat beberapa BUMN yang bikin geger dan menjadi sorotan publik.
Terdapat beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjadi perhatian publik baru-baru ini. Terdapat empat BUMN yang bikin geger lantaran kesulitan keuangan yang dialaminya.
4 BUMN yang Bikin Geger Publik
Beberapa BUMN tersebut berasal dari sektor jasa transportasi, manufaktur, jasa logistik dan keuangan. Sehingga tidak ada isu spesifik pada satu industri yang membuat kinerja perusahaan negara tersebut mengalami masalah.
Terkait dengan permasalah BUMN tersebut, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan turut bicara. Dahlan Iskan menyatakan jika di Indonesia banyak orang yang “ahli keuangan” namun belum tentu punya “sikap keuangan”.
Melalui pernyataan tersebut Dahlan Iskan ingin menyatakan jika penyelamatan terhadap BUMN hingga saat ini hanyalah sebatas formalitas laporan keuangan, tanpa pernah melakukan penyelamatan BUMN bermasalah.
Apakah benar Pernyataan Dahlan Iskan tersebut? Berikut ini beberapa BUMN yang bermasalah tersebut yang dilansir dari CNBC Indonesia (20/7/2019).
- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
Garuda Indonesia (GIAA) akhir-akhir ini menjadi sorotan publik lantaran menyajikan laporan keuangan tahun buku 2018 yang tidak sesuai dengan standar akuntansi.
Yang menjadi perhatian adalah laporan Garuda sebelum diperbaiki adalah laba, dan ketika Garuda menyajikan ulang (restatement) laporan keuangan tahun buku 2018, pihak Garuda dinyatakan merugi US$ 175 juta atau setara Rp 2,45 triliun.
- PT Asuransi Jiwasraya (Persero)
Masalah yang tengah dihadapi Asuransi Jiwasraya adalah penundaan pembayaran kewajiban polis jatuh tempo. Salah satu alasan keterlambatan tersebut adalah adanya kesulitan likuiditas.
Produk bancassurance tercatat memiliki keterlambatan pembayaran polis jatuh tempo dengan nilai mencapai Rp 802 miliar.
Menganggapi hal tersebut, Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menyatakan jika pembayaran tentatif pokok pemegang polis yang mengalami tunggakan pembayaran klaim jatuh tempo, akan dilakukan mulai kuartal II-2019.
- PT Pos Indonesia (Persero)
Meskipun tak tercatat merugi, Pos Indonesia juga mengalai kesulitan keuangan. Tahun 2018 Pos Indonesia mencatat laba bersih Rp 127 miliar, namun sepanjang periode 2012-2018 Pos Indonesia ternyata hanya mampu membukukan arus kas positif sebanyak tiga kali, sisanya negatif.
Arus kas adalah catatan uang riil yang keluar-masuk perusahaan selama menjalankan aktivitas bisnis satu tahun pencatatan. Ketika arus kas nilainya negatif, maka lebih banyak uang keluar daripada yang masuk. Pada tahun 2018, arus kas Pos Indonesia tercatat minus Rp 293 miliar.
- PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Krakatau Steel (KRAS) merupakan perusahaan baja yang kerap didera persoalan. Selama 7 tahun berturut-turut KRAS didera persoalan, beberapa di antaranya adalah soal utang, isu PHK massal, hingga mundurnya komisaris independen.
Berbagai upaya sudah dilakukan KRAS di antaranya restrukturisasi bisnis, restrukturisasi organisasi, hingga restrukturisasi utang. Direktur Utama KRAS Silmy Karim pernah menyatakan jika perseroan menargetkan efisiensi atau perampingan sekitar 2.400 karyawan organik di perusahaan induk.
KRAS adalah salah satu BUMN yang bikin geger di tahun 2019, meskipun sudah melakukan berbagai upaya yaitu natural retirement, pengalihan tenaga kerja ke anak perusahaan, hingga program pensiun dini.