Analisis pasar batik di pasar global perlu dilakukan, agar dapat mengetahui peluang batik.
Batik jadi salah satu hasil budaya Indonesia yang sampai saat ini mampu menarik minat pasar. Baik pasar nasional maupun pasar global. Dalam pelestariannya, Kementerian Perindustrian juga ikut berkontribusi. Salah satunya adalah dengan mengembangkan industri batik agar punya daya saing global. Beberapa analisis pasar batik menujukkan bahwa batik memiliki peluang besar di pasar global.
Analisis pasar batik juga telah dilakukan oleh Menteri Perindustrian
Dalam sebuah kesempatan, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, juga mengungkapkan bahwa batik memiliki peran penting dalam perekonomian. Selain itu batik juga dikatakan sebagai salah satu penyumbang devisa negara.
“Batik menjadi identitas bangsa yang semakin populer dan mendunia. Industri batik juga memiliki peran penting bagi perekonomian nasional serta menjadi penyumbang devisa negara, karena memiliki pasar ekspor yang besar seperti di Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa,” kata Airlangga Hartarto yang dikutip dari neraca.co.id.
Industri batik nusantara juga ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan I tahun 2019. Pencapaian tersebut mencapai 18,98 persen. Kinerja batik tersebut mampu melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07 persen di periode yang sama.
Ekspor batik Nusantara juga memiliki peran tersendiri. Tercatat ekspor batik sebesar USD52,44 juta atau setara sekitar Rp734 miliar pada tahun 2018. Kementrian Perindustrian menargetkan nilai ekspor batik nusantara dapat meningkat hingga 6-8 persen pada tahun 2019 ini.
“Saat ini, batik telah bertransformasi menjadi berbagai bentuk fesyen, kerajinan dan home decoration yang telah mampu menyentuh berbagai lapisan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Menperin.
Menurut Airlangga Hartarto, industri batik nusantara juga menjadi salah satu sektor yang ikut membantu menyalurkan tenaga kerja. Sehingga masyarakat banyak yang memiliki penghasilan dari sektor batik nasional.
“Jadi industri batik merupakan sektor padat karya. Jumlah tenaga kerja yang terserap dari sektor hulu seperti weaving dan dyeing hingga sektor industri batik sebanyak 628 ribu orang. Sementara itu, pekerja di industri batik sendiri mencapai sepertiganya atau 212 ribu orang,” jelasnya.
Dari keterangan Menteri Airlangga Hartarto tersebut, dapat disimpulkan bahwa peluang batik di pasar nasional maupun global cukup besar. Terlebih lagi batik Indonesia telah diakui oleh UNESCO sebagai Intangible World Heritage of Humanity. Pengakuan UNESCO tersebut secara tidak langsung berdampak pada gengsi batik Indonesia di kancah internasional.
Batik Indonesia yang memiliki banyak corak juga banyak digunakan oleh beberapa desainer baju dunia. Baik desainer baju yang berasal dari Indonesia sendiri maupun desainer baju dari luar Indonesia. Partisipasi batik Indonesia dalam dunia fashion dunia dapat menjadi keunggulan tersendiri bagi perkembangan batik Indonesia.
Bukan hal yang tidak mungkin jika batik Indonesia mampu menguasai pasar global. Namun untuk melakukannya, dibutuhkan berbagai analisis pasar batik yang matang. Peran pemerintah juga dibutuhkan melalui kebijakan-kebijakannya.