Dari analisa pasar Bitcoin yang dilakukan, harga Bitcoin diperkirakan akan naik pada tahun 2021.
Pasar Bitcoin dan cryptocurrency di Indonesia sudah mulai meluas. Beberapa generasi milenial bahkan mulai mencari tahu apa dan bagaimana uang digital tersebut bekerja. Beberapa bahkan tertarik untuk menginvestasikan uang ke dalam Bitcoin dan cryptocurrency. Harga mata uang digital tersebut memang sangatlah fluktuatif. Bahkan terkadang tidak terduga. Oleh karena itu beberapa analisa pasar Bitcoin sering dilakukan.
Analisa pasar Bitcoin terus dilakukan untuk mengetahui peluang
Harga Bitcoin (BTC) diketahui berada pada kondisi yang baik. Tahun 2019 BTC berada di level sekitar $ 8.000. Untuk berada di level tersebut juga tidak mudah. BTC harus mencatat kerugian yang besar sepanjang 2018. Pada level sekarang ini, Bitcoin juga tidak sendiri. Sebagian cryptocurrency juga berada di level tersebut, seperti Ethereum, Bitcoin Cash, Litecoin, dan XRP.
Dilansir dari cryptoharian.com, Novak Svrkota, fund manager dan analis dari agen konsultasi KriptoBroker menjelaskan mengapa harga Bitcoin melonjak. Ia mengatakan bahwa harga Bitcoin ditentukan oleh penawaran dan permintaan.
“Mata uang Fiat seperti dolar AS, memiliki pasokan tak terbatas, yang meningkat setiap hari dengan kurs yang ditentukan oleh bank sentral seperti FED. Meningkatnya pasokan disebut dengan inflasi, yang berarti bahwa jumlah uang yang sama bernilai lebih sedikit seiring berjalannya waktu. Karena itu, menjaga kekayaan Anda dalam bentuk dolar atau mata uang fiat lainnya itu tidak masuk akal,” ungkap Novak Svrkota.
“Itulah alasan mengapa orang memutuskan untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk properti, seni, saham, emas atau komoditas lainnya. Semuanya berputar untuk mendapatkan nilai, tetapi sebagian besar persamaan adalah cerita tentang uang yang terus-menerus kehilangan nilainya. Itu sebabnya sebotol Coca-cola berharga 5 sen. Bahkan saat ini pembuatan dan distribusi jauh lebih efisien.”
Novak Svrkota juga mengatakan bahwa yang menjadi kelebihan lain dari Bitcoin adalah Bitcoin tidak memiliki persediaan yang tidak terbatas. Berbeda dengan mata uang lain.
Dalam penjelasan Novak, ia mengatakan bahwa inflasi Bitcoin memang diprogram untuk berkurang setiap 4 tahun jika terjadi Halving. Penambang akan diberi reward dalam bentuk Bitcoin untuk memproses transaksi. Awalnya, reward tersebut sebesar 50 Bitcoin untuk setiap 10 menit. Meski 50 koin saat ini dinilai menjadi nominal yang sangat besar, namun fase di mana Bitcoin tidak memiliki harga juga pernah terjadi.
Pada tahun 2012, ungkap Novak, reward yang diberikan mulai dikurangi. Dari 50 BTC menjadi 25 BTC. Semakin lama reward kembali dikurangi. Pada tahun 2016, reard berkurang dari 25 BTC menjadi 12,5 BTC.
Halvening berikutnya akan terjadi pada bulan Mei 2020 mendatang. Pada tahun tersebut, Bitcoin diharapkan mampu meroket di pasaran. Puncak kenaikan bahkan diperkirakan pada tahun 2021. Saat ini, penambang Bitcoin menerima 12,5 BTC setiap kali mereka berhasil menambang satu blok. Pada akhir Mei 2020 (Halving berikutnya), mereka hanya akan mendapatkan 6,25 BTC. Angka tersebut diketahui semakin menurun.
Harga Bitcoin sempat berada di angka Rp130 juta, naik 2 persen dalam waktu 24 jam. Data ini dilansir oleh CoinGecko, sebuah situs yang menyediakan bursa Bitcoin. Kurangnya supply dan naiknya demand, harga Bitcoin diperkirakan akan meroket. Sepanjang 2017, harga Bitcoin juga mengalami kenaikan. Dari di bawah level $1.000 per token menjadi hampir $20.000. Namun pada tahun 2018, nilainya berkurang lebih dari 80%.
Apa yang terjadi pada tahun 2017 sampai 2019 kemungkinan akan kembali terjadi pada beberapa tahun ke depan. Bahkan ada beberapa analisa pasar Bitcoin dan seorang seorang pemodal ventura AS yang memperingatkan kondisi Bitcoin. Ia mengatakan bahwa bahwa pasar menuju “kejutan pasokan” terjadi karena Halving Bitcoin tahun depan yang akan diawasi dengan ketat.