Aberdeen Standard Investments Indonesia berharap pergerakan pasar Indonesia dan perekonomian Indonesia bergerak positif.
Aberdeen Standard Investments Indonesia memiliki harapan bagi perekonomian Indonesia. Aberdeen berharap perekonomian dan pasar Indonesia bergerak ke arah yang positif, serta prospek ekuitas yang lebih optimis menjelang akhir kuartal III-2019.
Dilansir dari Kontan, pada masa pemilu 2019 lalu sentimen investor cenderung gugup. Hal tersebut kemudian membuat kondisi pasar di Indonesia menjadi kurang stabil, bahkan membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah.
Banyak investor menarik uangnya dari pasar Indonesia
Penarikan uang yang dilakukan para investor menyebabkan IHSG yang melemah, terkoreksi hingga di angka 5.700. Namun kondisi tersebut tidak permanen. Indonesia memperoleh peningkatan peringkat kredit utang jangka panjang (Sovereign Credit Rating) dari Lembaga Pemeringkat Standard and Poor’s (S&P). Peningkatan tersebut berdampak pada aksi beli yang dilakukan oleh para investor pascalibur lebaran sekaligus memulihkan kondisi pasar.
“Namun, ini bukan sesuatu yang signifikan karena kondisi pasar hanya kembali ke posisi sebelum masa pemilu. Tidak ada perubahan suku bunga dan harga minyak masih rendah,” ungkap Bharat Joshi, Asian Equities Investment Director, Aberdeen Standard Investments Indonesia, yang dikutip melalui Kontan, (29/07/2019).
Menurut Bharat Joshi, investor justru akan fokus pada sosok yang akan menjabat sebagai Menteri Jokowi nantinya. Khususnya terfokus pada Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Karena hal tersebut kondisi pasar disebut relatif stabil untuk dua sampai tiga bulan ke depan.
“Kita akan mendapat kepastian pada saat Presiden Jokowi resmi dilantik dan menunjuk kabinetnya. Investor ingin adanya stabilitas pada sektor keuangan khususnya dalam menangani current account deficit,” ungkap Asian Equities Investment Director tersebut.
Selain terfokus pada sosok yang akan menjabat menjadi menteri, investor dinilai juga akan tertarik dengan bagaimana Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan akan meningkatkan ekspor. Selain itu, mereka juga akan tertarik bagaimana pemerintah akan menarik investasi asing dan mengambil keuntungan dari perang dagang AS dan China.
“Indonesia sudah melakukan pembangunan infrastruktur seperti tol, bandara, dan pelabuhan untuk dapat mendatangkan investasi. Kawasan industri diperlukan dan sangat penting untuk dapat menarik investasi asing (FDI), seperti kita ingin mengundang perusahaan manufaktur smartphone ke Indonesia untuk memaksimalisasi dampak positif dari perang dagang AS-China,” kata Bharat Joshi.
Bharat juga berpendapat bahwa Indonesia perlu memaksimalkan sumber daya energi yang dimiliki negara. Hal tersebut akan mengurangi kekurangan terhadap impor yang selama ini dilakukan.
Dalam memaksimalkan sumber daya energi, penting menggandeng investor asing untuk berpartisipasi. Selain itu, sumber daya energi juga akan mendatangkan pajak kas negara.
Bharat berharap, setelah Presiden Jokowi resmi menjabat pada periode kedua nanti, rencana pemangkasan pajak penghasilan badan usaha akan menjadi katalisator positif yang bisa mendorong IHSG. Namun Bharat menggarisbawahi itupun jika DPR menyetujui kebijakan pemangkasan pajak penghasilan tersebut.
“Dengan terpilihnya kembali Presiden Jokowi, ada prospek investasi semakin berkembang (secara bertahap) pada 2019 hingga 2020. Sentimen adalah kuncinya. Suku bunga yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan investasi jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang sesuai,” jelas Bharat.
Aberdeen Standard Investments Indonesia sendiri masih tetap positif terhadap saham ekuitas, reksa dana campuran dan reksa dana pendapatan tetap.
Beberapa instrumen tersebut akan mendapatkan dampak positif dari kelonggaran moneter lanjutan, kemungkinan reformasi kebijakan pemerintah, dan pemulihan di sektor konsumsi serta investasi swasta di Indonesia. Sehingga pasar Indonesia kemungkinan akan bergerak positif.